Kaum Disabilitas Pejuang Rupiah

Bersama istri tercinta Ati Supraptin (53), Kundiarto sehari-harinya berjualan makanan ringan dan kopi diatas kursi roda yang telah dimodifikasi untuk berkeliling di kawasan Cipete Utara, Jakarta Selatan.
Kundiarto menderita penyakit meningitis pada tahun 2000 saat ia berusia 25 tahun. Ia juga sempat dirawat 3 bulan di RS Cipto Mangunkusumo. Penyakit ini juga yang membuat kedua kakinya lumpuh hingga harus berada dikursi roda untuk berjualan.
Sebelum terkena penyakit miningitis ia sempat bekerja di Pabrik kawasan Cikarang dan juga bekerja sebagai office boy diperusahaan asing di Jakarta. Usai terkena meningitis, ia tak juga patah semangat untuk menjalani dan terus melanjutkan hidupnya.
Bahkan, Ia pun sempat pernah menjadi guru ngaji untuk anak-anak di masjid lingkungannya tempat ia tinggal. Bahkan, hingga kini ia pun masih terus berusaha untuk menjadi penjual keliling makanan kecil dan kopi.
Ia telah berjualan keliling dengan kursi rodanya dikawasan Cipete sejak tahun 2015. Bersama istrinya yang mendorong ia habiskan untuk berjualan diatas kursi roda tersebut.
Biasanya Ia berkeliling hingga berkilo-kilometer. Jika dalam kondisi kurang sehat, ia hanya berjualan berkeliling dan mangkal disekitar Masjid Al Amjad yang berjarak kurang lebih 600 meter dari tempat tinggal atau kontrakannya.
Ia berjualan mulai dari pagi hingga sore hari. Namun saat bertemu detikcom ia berjualan menjelang pukul 12.00 wib. Sebelum berjualan ia menyempatkan diri untuk sholat dzuhur di Masjid Darul Amal.
Pria yang mengontrak rumah di Jalan Damai Raya, Gang Haji Amu 5, RT 13/02 mengaku pendapatannya tidak menentu kadang laris kadang tidak laku sama sekali.
Ia bahkan pernah mengalami dalam satu minggu berjualan tidak laku. Ia dan istri juga pernah mengalami dalam 1 hari mendapatkan uang Rp 300 ribu.
Jika dirata-rata menurutnya pendapatannya berjualan mulai 50 hingga 100 ribu rupiah setiap harinya. Padahal, ia harus membayar biaya kontrakannya Rp 1 juta rupiah setiap bulannya.
Setiap pagi sang Istri mengurus keperluan kundiarto untuk berjualan. Mulai memasak kerupuk gendar, makaroni dan opak untuk dijual hingga menaikkan ia sampai ke kursi rodanya dan siap berjualan.
Didalam kontrakan yang berukuran 4x3 meter itu ia tinggal berdua bersama sang istri dan beberapa ekor kucing. Ia sudah menikah dengan Ati Supraptin sejak 2009 namun belum dikarunia anak.
Berbagai macam upaya sudah dilakukan untuk bisa sembuh dari penyakit yang ia alami. Keterbatasan biaya untuk berobat yang akhirnya membuat ia untuk menerima dan pasrah atas takdir yang ia harus terima.
Biasanya Ia sholat berjamaah dengan sesama warga yang berada dijalan depan Masjid dan tetap diatas kursi rodanya.
Tawakal, tekun dan bersabar adalah kunci bagi Kundiarto bersama istri untuk terus kuat dalam mengarungi dan menjalani hidup penuh cobaan.
Ia pun berharap dapat memiliki sebuah kursi roda elektrik agar bisa dapat berjualan dengan mudah dan meringankan beban istrinya yang setiap hari harus selalu mendorongnya.