Benteng Tolukko, Benteng Bersejarah di Ternate yang Viral karena Bentuknya

Benteng ini merupakan peninggalan sejarah. Dulunya, Benteng Tolukko berfungsi sebagai pangkalan dan penyimpanan rempah-rempah pada saat itu (pada masa pemerintahan Komandan Fransico Serraow).

Menurut sejarah, dikatakan bahwa pembangunnya adalah orang Portugis dan namanya adalah Benteng Santo Lucas. Namun, pada tahun 1577, Kesultanan Ternate mengambil alih sebelum kedatangan Belanda. Pada masa pemerintahan Belanda, namanya berubah menjadi Hollandia Fort.

Menurut penduduk setempat, nama tersebut berasal dari salah satu Sultan Ternate yang bernama Kaicil Tolukko. Ia memerintah Ternate pada tahun 1692, sebagai informasi. Sumber lain menyebutkan bahwa nama tersebut terinspirasi dari modifikasi nama asli “Santo Lucas”.

Daya pikat Benteng Tolukko selanjutnya adalah cerita mengenai keberadaan jalur rahasia yang tembus pandang menuju kawasan pantai. Konon Belanda dan Portugis menggunakan lorong ini sebagai sarana untuk melarikan diri ketika terjadi pemberontakan atau konfrontasi sengit.

Namun, menurut penduduk setempat, jalur ini ditutup oleh pemerintah pada tahun 1996 karena alasan keamanan.

Benteng ini merupakan peninggalan sejarah. Dulunya, Benteng Tolukko berfungsi sebagai pangkalan dan penyimpanan rempah-rempah pada saat itu (pada masa pemerintahan Komandan Fransico Serraow).
Menurut sejarah, dikatakan bahwa pembangunnya adalah orang Portugis dan namanya adalah Benteng Santo Lucas. Namun, pada tahun 1577, Kesultanan Ternate mengambil alih sebelum kedatangan Belanda. Pada masa pemerintahan Belanda, namanya berubah menjadi Hollandia Fort.
Menurut penduduk setempat, nama tersebut berasal dari salah satu Sultan Ternate yang bernama Kaicil Tolukko. Ia memerintah Ternate pada tahun 1692, sebagai informasi. Sumber lain menyebutkan bahwa nama tersebut terinspirasi dari modifikasi nama asli “Santo Lucas”.
Daya pikat Benteng Tolukko selanjutnya adalah cerita mengenai keberadaan jalur rahasia yang tembus pandang menuju kawasan pantai. Konon Belanda dan Portugis menggunakan lorong ini sebagai sarana untuk melarikan diri ketika terjadi pemberontakan atau konfrontasi sengit.
Namun, menurut penduduk setempat, jalur ini ditutup oleh pemerintah pada tahun 1996 karena alasan keamanan.