Jualan Noken, Mama Papua Mampu Kuliahkan Anak

Noken merupakan kerajinan khas Papua yang terbuat dari serat pohon, kulit kayu, atau daun. Bahan tersebut kemudian dibuat menjadi tas tahan lama dan serbaguna. Noken juga digunakan untuk memenuhi aspek sosial dan ekonomi. Misalnya berfungsi sebagai simbol persatuan dari lebih 250 grup etnis di wilayah tersebut. Nilai noken dikatakan bisa digunakan sebagai tabungan juga menjadi peran simbolis dalam penyelesaian sebuah sengketa.
Anarumere menunjukkan scan Qris di lapak penjualan noken, Merauke, Papua Selatan, Jumat (17/11/2023). Perlu diketahui, kerajinan ini sempat hampir punah. Namun pada 2012, noken telah ditambahkan dalam Daftar Warisan Budaya Tak Benda yang Mendesak Perlu Dijaga atau Intangible Cultural Heritage List in Need of Urgent Safeguarding oleh UNESCO.
Warga Papua yang masih tetap melestarikan kerajinan noken yaitu Anna Maumere atau Mama Anna. Jenis noken yang diproduksi oleh Mama Anna adalah noken rajut.
Selain menjual noken hasil buatan tangannya sendiri, Mama Anna juga menjalin relasi dengan penjual noken yang berasal dari daerah lain di Papua. Dituturkan Mama Anna, noken di setiap daerah memiliki makna dan filosofinya tersendiri. Sehingga, noken tidak bisa dianyam oleh sembarang orang.
Harga yang ditawarkan untuk satu buah noken cukup variatif. Noken yang berbahan dasar serat kayu dijual mulai dari Rp 300 ribu hingga Rp 1 juta. Sementara noken yang terbuat dari bahan wol dijual lebih murah, yaitu Rp 100 ribu hingga Rp 300 ribu.
Di samping itu, Mama Anna juga membuat sekaligus menjual kerajinan khas Papua lainnya seperti mahkota dan baju adat yang terbuat dari kulit kayu. Selain kulit kayu, baju adat Papua juga menggunakan ornamen lain seperti kerang-kerang kecil (siput), buah saga, dan bulu unggas seperti kasuari atau angsa. Dalam satu hari, ia bisa membuat 5-10 mahkota. Harga untuk satu buah mahkota senilai Rp 300-500 ribu tergantung bahan dan tingkat kesulitannya.
Sementara untuk baju adat, dijual dengan harga Rp 750 ribu hingga Rp 1 juta. Mama Anna juga menyewakan baju adat untuk acara-acara tertentu seperti kostum tari, festival, hingga prewedding. Mama Anna merintis usaha noken sejak 2018 silam. Hal ini dilatarbelakangi oleh keresahan Mama Anna yang melihat oleh-oleh Papua yang kurang variatif.
Motivasi inilah yang membuat Anna, seorang ibu rumah tangga yang memiliki hobi merajut ini mencoba untuk membuka usaha kerajinan khas Papua, noken. Mama Anna pun kemudian mengajukan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, (BRI) sebesar Rp 5 juta untuk mengembangkan usahanya. Seiring berjalannya waktu, Mama Anna juga membuat kelompok atau klaster yang beranggotakan mama-mama lainnya untuk mengembangkan usahanya. Klaster yang diberi nama 'Klaster Mama Noken Papua' ini berdiri pada 2019.
Diketahui, Merauke pernah menjadi tuan rumah pada gelaran Pekan Olahraga Nasional (PON) XX pada 2021 silam. Klaster yang dipimpin oleh Mama Anna pun diberi kepercayaan dari penyelenggara untuk membuat souvenir di event akbar tersebut bahkan keuntungan mencapai Rp 138 juta. Berkat kesuksesan usaha ini, Mama Anna berhasil menyekolahkan keempat anaknya hingga mendapatkan gelar sarjana. Terbaru, putri bungsu Mama Anna lulus dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Cenderawasih dan kini sudah bekerja di Puskesmas Merauke.
detikcom bersama BRI mengadakan program Jelajah Desa BRILian yang mengulas potensi dan inovasi desa di Indonesia baik dari segi perkembangan ekonomi, infrastruktur, hingga wisata serta dampaknya terhadap masyarakat lokal maupun nasional. Untuk mengetahui informasi program Desa BRILian lebih lanjut, ikuti terus informasinya hanya di jelajahdesabrilian.detik.com!
Noken merupakan kerajinan khas Papua yang terbuat dari serat pohon, kulit kayu, atau daun. Bahan tersebut kemudian dibuat menjadi tas tahan lama dan serbaguna. Noken juga digunakan untuk memenuhi aspek sosial dan ekonomi. Misalnya berfungsi sebagai simbol persatuan dari lebih 250 grup etnis di wilayah tersebut. Nilai noken dikatakan bisa digunakan sebagai tabungan juga menjadi peran simbolis dalam penyelesaian sebuah sengketa.
Anarumere menunjukkan scan Qris di lapak penjualan noken, Merauke, Papua Selatan, Jumat (17/11/2023). Perlu diketahui, kerajinan ini sempat hampir punah. Namun pada 2012, noken telah ditambahkan dalam Daftar Warisan Budaya Tak Benda yang Mendesak Perlu Dijaga atau Intangible Cultural Heritage List in Need of Urgent Safeguarding oleh UNESCO.
Warga Papua yang masih tetap melestarikan kerajinan noken yaitu Anna Maumere atau Mama Anna. Jenis noken yang diproduksi oleh Mama Anna adalah noken rajut.
Selain menjual noken hasil buatan tangannya sendiri, Mama Anna juga menjalin relasi dengan penjual noken yang berasal dari daerah lain di Papua. Dituturkan Mama Anna, noken di setiap daerah memiliki makna dan filosofinya tersendiri. Sehingga, noken tidak bisa dianyam oleh sembarang orang.
Harga yang ditawarkan untuk satu buah noken cukup variatif. Noken yang berbahan dasar serat kayu dijual mulai dari Rp 300 ribu hingga Rp 1 juta. Sementara noken yang terbuat dari bahan wol dijual lebih murah, yaitu Rp 100 ribu hingga Rp 300 ribu.
Di samping itu, Mama Anna juga membuat sekaligus menjual kerajinan khas Papua lainnya seperti mahkota dan baju adat yang terbuat dari kulit kayu. Selain kulit kayu, baju adat Papua juga menggunakan ornamen lain seperti kerang-kerang kecil (siput), buah saga, dan bulu unggas seperti kasuari atau angsa. Dalam satu hari, ia bisa membuat 5-10 mahkota. Harga untuk satu buah mahkota senilai Rp 300-500 ribu tergantung bahan dan tingkat kesulitannya.
Sementara untuk baju adat, dijual dengan harga Rp 750 ribu hingga Rp 1 juta. Mama Anna juga menyewakan baju adat untuk acara-acara tertentu seperti kostum tari, festival, hingga prewedding. Mama Anna merintis usaha noken sejak 2018 silam. Hal ini dilatarbelakangi oleh keresahan Mama Anna yang melihat oleh-oleh Papua yang kurang variatif.
Motivasi inilah yang membuat Anna, seorang ibu rumah tangga yang memiliki hobi merajut ini mencoba untuk membuka usaha kerajinan khas Papua, noken. Mama Anna pun kemudian mengajukan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, (BRI) sebesar Rp 5 juta untuk mengembangkan usahanya. Seiring berjalannya waktu, Mama Anna juga membuat kelompok atau klaster yang beranggotakan mama-mama lainnya untuk mengembangkan usahanya. Klaster yang diberi nama Klaster Mama Noken Papua ini berdiri pada 2019.
Diketahui, Merauke pernah menjadi tuan rumah pada gelaran Pekan Olahraga Nasional (PON) XX pada 2021 silam. Klaster yang dipimpin oleh Mama Anna pun diberi kepercayaan dari penyelenggara untuk membuat souvenir di event akbar tersebut bahkan keuntungan mencapai Rp 138 juta. Berkat kesuksesan usaha ini, Mama Anna berhasil menyekolahkan keempat anaknya hingga mendapatkan gelar sarjana. Terbaru, putri bungsu Mama Anna lulus dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Cenderawasih dan kini sudah bekerja di Puskesmas Merauke.
detikcom bersama BRI mengadakan program Jelajah Desa BRILian yang mengulas potensi dan inovasi desa di Indonesia baik dari segi perkembangan ekonomi, infrastruktur, hingga wisata serta dampaknya terhadap masyarakat lokal maupun nasional. Untuk mengetahui informasi program Desa BRILian lebih lanjut, ikuti terus informasinya hanya di jelajahdesabrilian.detik.com!