Potret Produksi Biji Pala, Primadona Rempah Halmahera Utara

Kabupaten Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara, menjadi salah satu wilayah penghasil rempah, seperti pala dan cengkeh. Pala adalah primadonanya. Salah satu wilayah penghasil pala ada di Pulau Doi, Loloda Kepulauan, di Halmahera Utara.
Menjadi salah satu pulau terluar di Maluku Utara, warga di Desa Salube yang memiliki kebun banyak ditanami buah pala. Ternyata mereka adalah penjual biji pala yang siap menjual hasil kebunnya ke pulau-pulau lain di luar Pulau Doi. Hal tersebut juga dilakukan oleh salah seorang warga desa Salube, Asep Puren. Pria yang juga bekerja sebagai guru di SMA 8 Halmahera Utara ini memilih untuk mencoba peruntungan menjual Pala bersama istrinya.
Asep awalnya berjualan pala dengan sistem beli terlebih dahulu kepada penghasil utama. Baru kemudian diolah, dan siap dipasarkan untuk dijual. Biasanya satu kilo biji pala super dijual dengan harga Rp 90-100 ribu. Dengan harga segitu, Asep bisa untung kurang lebih Rp 20 ribu per kilonya.
Lebih lanjut, untuk pengiriman, penjualan biji pala di Pulau Doi biasanya bakal dikirim ke Tobelo dan Ternate. Biasanya dari Ternate, biji pala ini akan dikirim lagi menuju Surabaya atau Jakarta. Proses pengiriman biji pala ke luar Pulau Doi memang membutuhkan proses yang tidak mudah dan tidak sebentar. Sebab, sebelum dikirim biasanya biji pala akan diproses terlebih dahulu, mulai dari penjemuran, pengupasan, hingga pengemasannya. Proses tersebut membutuhkan waktu kurang lebih hingga satu minggu.
Meskipun demikian, Asep mengaku penjualan biji pala miliknya kini menjadi lebih mudah. Hal itu ia rasakan setelah masuknya internet dan kehadiran BTS Bakti Kominfo yang dibangun tak jauh dari rumahnya. Ia merasakan dengan adanya jaringan internet, penjualan biji palanya kini cukup melalui gawai sehingga makin praktis untuk dilakukan. Melalui WA, suami istri ini bisa dengan mudah menanyakan soal harga pala dan tahu kapan waktu yang tepat untuk mengirimkan pala miliknya ke luar Pulai Doi.
Karena itu, ia pun berterima kasih kepada BTS BAKTI Kominfo. Karena menurutnya, kehadiran BTS tersebut membantu dirinya dan warga di Pulau Doi, khususnya di Desa Salube jadi lebih mudah berkomunikasi. Karena kehadiran internet melalui BTS tersebut, warga di Pulau Doi kini bisa promosi dagangannya melalui facebook, grup WhatsApp, atau messenger facebook. Dengan demikian konektivitas antar warga di Pulau Doi dengan warga di kota-kota menjadi lebih mudah untuk dilakukan dan roda perekonomian juga bergerak dengan mudah untuk membantu warga.
Hal itu juga yang dirasakan Jerti, pengepul pala di Tobelo, Halmahera Utara. Jerti mengatakan jaringan internet yang semakin lancar mempermudahnya berkomunikasi dengan para pengumpul buah pala di daerah seperti Pulau Doi.
Jerti menjelaskan pala yang diterimanya dari para petani memiliki beragam kualitas. Ia akan membayar pala yang diterimanya berdasarkan kualitas buah pala tersebut.
Buah pala sendiri merupakan salah satu komoditas andalan dari wilayah timur, Indonesia. Penjualan buah pala menjadi suatu hal yang lumrah mengingat menjadi salah satu rempah yang dinilai penting sejak dulu, bahkan sejak masa Romawi.
Konon katanya, penyebaran buah pala juga sudah terjadi sejak abad ke-6 masehi menuju India. Setelah itu, persebarannya berlanjut ke bumi lain hingga akhirnya Portugis datang dan mengetahui kalau salah satu lokasi dengan buah pala yang melimpah terletak di pulau-pulau timur Nusantara.
detikcom bersama Bakti Kominfo mengadakan program Tapal Batas mengulas perkembangan ekonomi, wisata, infrastruktur, wisata, dan teknologi di wilayah 3T setelah adanya jaringan internet di beberapa wilayah terdepan Indonesia. Untuk mengetahui informasi dari program ini ikuti terus berita tentang Tapal Batas di tapalbatas.detik.com!