Kuba Tunda Kenaikan Harga BBM hingga 500 Persen

Sejumlah kendaraan mengantre untuk mengisi bahan bakar di Havana, Kuba, Rabu (31/1/2024). Wakil Menteri Ekonomi Kuba Mildrey Granadillo mengatakan negara itu menunda kenaikan harga bensin yang direncanakan pada 1 Februari.  

Diberitakan sebelumnya, harga bahan bakar minyak (BBM) direncanakan mengalami kenaikan signifikan hingga 500% di Kuba. BBM reguler di negeri Amerika Latin itu akan melompat dari 25 peso (sekitar Rp 6.900) menjadi 135 peso (sekitar Rp 37.329). Kenaikan juga berlaku ke BBM premium. Harga naik dari 30 peso (sekitar Rp 8.299) menjadi 156 peso (sekitar Rp 43.158).  

Menurut pemerintah, ini menjadi langkah terbaru guna mengurangi defisit anggaran. Namun perusahaan milik negara dan operator swasta akan dapat membeli bahan bakar "dengan harga grosir", yang akan meningkat sebesar 50%.  

Langkah ini semakin memperdalam krisis biaya hidup di negara berpenduduk 11 juta jiwa itu, yang memang tengah mengalami krisis ekonomi terburuk sejak runtuhnya blok Uni Soviet pada tahun 1990 akibat pandemi Covid-19. Belum lagi, dampak pengetatan sanksi yang dilakukan Amerika Serikat (AS) dalam beberapa tahun terakhir dan kelemahan struktural dalam perekonomian.  

Namun kini warga Kuba merayakan keputusan penghentian sementara kebijakan tersebut. Warga menyebut kenaikan harga terlalu curam.  

Sejumlah kendaraan mengantre untuk mengisi bahan bakar di Havana, Kuba, Rabu (31/1/2024). Wakil Menteri Ekonomi Kuba Mildrey Granadillo mengatakan negara itu menunda kenaikan harga bensin yang direncanakan pada 1 Februari.  
Diberitakan sebelumnya, harga bahan bakar minyak (BBM) direncanakan mengalami kenaikan signifikan hingga 500% di Kuba. BBM reguler di negeri Amerika Latin itu akan melompat dari 25 peso (sekitar Rp 6.900) menjadi 135 peso (sekitar Rp 37.329). Kenaikan juga berlaku ke BBM premium. Harga naik dari 30 peso (sekitar Rp 8.299) menjadi 156 peso (sekitar Rp 43.158).  
Menurut pemerintah, ini menjadi langkah terbaru guna mengurangi defisit anggaran. Namun perusahaan milik negara dan operator swasta akan dapat membeli bahan bakar dengan harga grosir, yang akan meningkat sebesar 50%.  
Langkah ini semakin memperdalam krisis biaya hidup di negara berpenduduk 11 juta jiwa itu, yang memang tengah mengalami krisis ekonomi terburuk sejak runtuhnya blok Uni Soviet pada tahun 1990 akibat pandemi Covid-19. Belum lagi, dampak pengetatan sanksi yang dilakukan Amerika Serikat (AS) dalam beberapa tahun terakhir dan kelemahan struktural dalam perekonomian.  
Namun kini warga Kuba merayakan keputusan penghentian sementara kebijakan tersebut. Warga menyebut kenaikan harga terlalu curam.