Seperti dilansir AFP, Selasa (13/2/2024), tayangan televisi lokal menunjukkan kepulan gas air mata menyelimuti kerumunan petani yang berkumpul di dekat Ambala, yang berjarak sekitar 200 kilometer sebelah utara New Delhi, pada Selasa (13/2) waktu setempat.
Tembakan gas air mata itu dilepaskan polisi India untuk membubarkan para demonstran yang akan bergerak menuju ibu kota.
Kepolisian juga telah memasang blokade-blokade yang menakutkan yang diwarnai paku logam, semen dan barikade baja di ruas jalan raya dari tiga negara bagian yang mengarah ke New Delhi.
Para petani di India memiliki kekuatan politik karena jumlah mereka yang besar, dan ancaman akan kembali digelarnya unjuk rasa muncul menjelang pemilu nasional yang kemungkinan akan berlangsung pada April mendatang.
Menurut data pemerintah, dua pertiga dari 1,4 miliar jiwa penduduk India memiliki mata pencaharian dari pertanian, yang berarti menyumbang hampir seperlima Produk Domestik Bruto (PDB) negara tersebut.
Para petani itu menuntut undang-undang untuk menetapkan harga minimum bagi hasil panen mereka, selain sejumlah tuntutan lainnya termasuk penghapusan pinjaman. Terlepas dari itu, ribuan petani India meninggal karena bunuh diri setiap tahunnya karena kemiskinan, utang dan hasil panen yang dipengaruhi pola cuaca yang semakin tidak menentu akibat perubahan iklim.