Berdaya dan Mandiri dalam Kokolomboi Lestari

Kelompok budi daya lebah madu Kokolomboi merupakan kelompok binaan Pertamina EP Donggi Matindok Field dalam program Kokolomboi Lestari.
Program tersebut merupakan konservasi hutan dengan memberdayakan masyarakat Adat Togong Tanga, Suku asli Sea-Sea di Dusun Kokolomboi, Pulau Peleng.
Hal ini sebagai salah satu langkah untuk membantu mengatasi penurunan kualitas lingkungan akibat aktivitas masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup dengan hasil hutan.
Program Kokolomboi Lestari merupakan inisiatif keberlanjutan perusahaan di bidang lingkungan, yang merupakan komitmen Pertamina EP Donggi Matindok Field mendukung kinerja Environmental, Social & Governance dalam melaksanakan operasi produksi hulu migas.
Perusahaan bersama Kelompok budi daya lebah madu Kokolomboi menciptakan inovasi budidaya lebah madu batu dan dahan yang ramah lingkungan.

Budidaya lebah madu juga menjadi salah satu upaya rehabilitasi kawasan hutan mengingat peran lebah sebagai pollinator (penyerbuk) yang membantu penyerbukan tanaman di sekitar kawasan hutan.

Untuk memenuhi kebutuhan pasar saat ini kelompok budi daya lebah madu Kokolomboi telah terafiliasi dengan 245 anggota dengan kemampuan produksi madu sebesar 8.400 liter per tahunnya sehingga menjadi mata pencaharian masyarakat dari yang sebelumnya menjual kayu hasil hutan dan berburu satwa.

Salah satunya yakni melalui pemulihan ekosistem yang sekaligus bisa meningkatkan kekayaan pakan untuk satwa endemik, salah satunya Tarsius Peleng (Tarsius pelengensis) yang memiliki status terancam (endangered).

Hal ini tentu dapat mengurangi ketergantungan masyarakat pada sumber daya tunggal dan membuat mereka lebih tangguh terhadap perubahan ekonomi atau alam yang tak terduga. Selain manfaat ekonomi, program Kokolomboi Lestari juga memberikan dampak perbaikan terhadap lingkungan dengan upaya konservasi di Taman Keanekaragaman Hayati (Kehati) Kokolomboi.

Dengan adanya program pengembangan yang dijalankan oleh perusahaan dan pemerintah daerah sehingga pengembangan produksi madu, penyaringan madu, membuat kemasan lebih bagus, dan meningkatkan teknik marketing menjadikan harga jual madu meningkat.

Pemulihan ekosistem pada Taman Kehati Kokolomboi ini menjadi salah satu habitat Tarsius Peleng yang menunjukkan adanya peningkatan satwa Tarsius Peleng dari sebelumnya 17 ekor menjadi 22 ekor.

Program ini juga tidak hanya menghasilkan perbaikan ekonomi, tapi menjadikan masyarakat lebih mandiri dan berdaya, namun yang terpenting adalah transformasi perilaku kelompok binaan menjadi pejuang lingkungan.

Kelompok budi daya lebah madu Kokolomboi merupakan kelompok binaan Pertamina EP Donggi Matindok Field dalam program Kokolomboi Lestari.
Program tersebut merupakan konservasi hutan dengan memberdayakan masyarakat Adat Togong Tanga, Suku asli Sea-Sea di Dusun Kokolomboi, Pulau Peleng.
Hal ini sebagai salah satu langkah untuk membantu mengatasi penurunan kualitas lingkungan akibat aktivitas masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup dengan hasil hutan.
Program Kokolomboi Lestari merupakan inisiatif keberlanjutan perusahaan di bidang lingkungan, yang merupakan komitmen Pertamina EP Donggi Matindok Field mendukung kinerja Environmental, Social & Governance dalam melaksanakan operasi produksi hulu migas.
Perusahaan bersama Kelompok budi daya lebah madu Kokolomboi menciptakan inovasi budidaya lebah madu batu dan dahan yang ramah lingkungan.
Budidaya lebah madu juga menjadi salah satu upaya rehabilitasi kawasan hutan mengingat peran lebah sebagai pollinator (penyerbuk) yang membantu penyerbukan tanaman di sekitar kawasan hutan.
Untuk memenuhi kebutuhan pasar saat ini kelompok budi daya lebah madu Kokolomboi telah terafiliasi dengan 245 anggota dengan kemampuan produksi madu sebesar 8.400 liter per tahunnya sehingga menjadi mata pencaharian masyarakat dari yang sebelumnya menjual kayu hasil hutan dan berburu satwa.
Salah satunya yakni melalui pemulihan ekosistem yang sekaligus bisa meningkatkan kekayaan pakan untuk satwa endemik, salah satunya Tarsius Peleng (Tarsius pelengensis) yang memiliki status terancam (endangered).
Hal ini tentu dapat mengurangi ketergantungan masyarakat pada sumber daya tunggal dan membuat mereka lebih tangguh terhadap perubahan ekonomi atau alam yang tak terduga. Selain manfaat ekonomi, program Kokolomboi Lestari juga memberikan dampak perbaikan terhadap lingkungan dengan upaya konservasi di Taman Keanekaragaman Hayati (Kehati) Kokolomboi.
Dengan adanya program pengembangan yang dijalankan oleh perusahaan dan pemerintah daerah sehingga pengembangan produksi madu, penyaringan madu, membuat kemasan lebih bagus, dan meningkatkan teknik marketing menjadikan harga jual madu meningkat.
Pemulihan ekosistem pada Taman Kehati Kokolomboi ini menjadi salah satu habitat Tarsius Peleng yang menunjukkan adanya peningkatan satwa Tarsius Peleng dari sebelumnya 17 ekor menjadi 22 ekor.
Program ini juga tidak hanya menghasilkan perbaikan ekonomi, tapi menjadikan masyarakat lebih mandiri dan berdaya, namun yang terpenting adalah transformasi perilaku kelompok binaan menjadi pejuang lingkungan.