Mengintip Pabrik Seprai di Tambun yang Berdiri Sejak 1997

Sejumlah pekerja menyelesaikan pekerjaan di konveksi seprei di Tambun Selatan, Bekasi, Jumat (15/3/2024). Usaha seprei milik Samuji (61) telah ada sejak 1997.
Pria kelahiran Tulungagung, Jawa Timur ini sebelumnya merupakan karyawan pabrik dan memulai bisnis dengan menawarkan seprei yang didapat dari kampung halaman. Niat iseng dan mencari uang tambahan justru membuatnya yakin untuk keluar dari pekerjaan sebelumnya, namun krisis moneter harus merubah peta bisnisnya menjadi pemborong jahit.
 
Sejurus kemudian jasa pembuatan sepreinya laris manis, banyak pedagang Pasar Tanah Abang yang mulai mengajak untuk kerjasama. Melihat peluang itu Samuji mulai mengembangkan kembali bisnis lamanya yaitu memperbanyak mesin dengan cara meminjam KUR BRI terlebih saat itu Samuji tak memiliki pesaing.
 
Diketahui Samuji memutuskan untuk mengambil KUR BRI senilai Rp 250.000.000 di KCP Tambun untuk membelikan mesin-mesin jahit terbaru guna mengejar orderan dari Pasar Tanah Abang yang terus meningkat.
 
Etos kerja yang tinggi membuatnya cukup terkenal di kalangan bisnis seprai di Pasar Tanah Abang, relasi yang kian banyak menjadikan bisnisnya kokoh berdiri hingga 27 tahun.
 
Saat pandemi Covid-19 usaha Samuji tak tergoyangkan, ia justru mendapat keuntungan dari permintaan seprai untuk Rumah Sakit Darurat Covid (RSDC) Wisma Atlet yang dalam seharinya ia harus memproduksi hingga 300 seprai.
 
Selain itu Samuji juga menyulap limbah seprei menjadi masker dan diproduksi hingga 40 lusin per hari. Minat masyarakat akan masker dengan motif unik membuatnya lagi-lagi kewalahan karena pesanan yang menumpuk.
 
Sejumlah pekerja menyelesaikan pekerjaan di konveksi seprei di Tambun Selatan, Bekasi, Jumat (15/3/2024). Usaha seprei milik Samuji (61) telah ada sejak 1997.
Pria kelahiran Tulungagung, Jawa Timur ini sebelumnya merupakan karyawan pabrik dan memulai bisnis dengan menawarkan seprei yang didapat dari kampung halaman. Niat iseng dan mencari uang tambahan justru membuatnya yakin untuk keluar dari pekerjaan sebelumnya, namun krisis moneter harus merubah peta bisnisnya menjadi pemborong jahit. 
Sejurus kemudian jasa pembuatan sepreinya laris manis, banyak pedagang Pasar Tanah Abang yang mulai mengajak untuk kerjasama. Melihat peluang itu Samuji mulai mengembangkan kembali bisnis lamanya yaitu memperbanyak mesin dengan cara meminjam KUR BRI terlebih saat itu Samuji tak memiliki pesaing. 
Diketahui Samuji memutuskan untuk mengambil KUR BRI senilai Rp 250.000.000 di KCP Tambun untuk membelikan mesin-mesin jahit terbaru guna mengejar orderan dari Pasar Tanah Abang yang terus meningkat. 
Etos kerja yang tinggi membuatnya cukup terkenal di kalangan bisnis seprai di Pasar Tanah Abang, relasi yang kian banyak menjadikan bisnisnya kokoh berdiri hingga 27 tahun. 
Saat pandemi Covid-19 usaha Samuji tak tergoyangkan, ia justru mendapat keuntungan dari permintaan seprai untuk Rumah Sakit Darurat Covid (RSDC) Wisma Atlet yang dalam seharinya ia harus memproduksi hingga 300 seprai. 
Selain itu Samuji juga menyulap limbah seprei menjadi masker dan diproduksi hingga 40 lusin per hari. Minat masyarakat akan masker dengan motif unik membuatnya lagi-lagi kewalahan karena pesanan yang menumpuk.