Optimalisasi Ketahanan Pangan, Mulai dari Desa-Diferensiasi Tata Kelola
Petani mempersiapkan tanaman padi sebelum proses penanaman pada musim tanam gadu di area persawahan Desa Pasi Teungoh, Kecamatan Kaway XVI, Aceh Barat, Aceh, Selasa (9/7/2024). Pentingnya memulai upaya ketahanan pangan dari tingkat desa untuk kemandirian pangan yang manjadi pondasi utama untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Foto: ANTARA FOTO/SYIFA YULINNAS
Diferensiasi dalam tata kelola pertanian akan memungkinkan adopsi strategi yang sesuai dengan karakteristik setempat dan potensi daerah. Perlunya kolaborasi yang kuat antara pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam membangun infrastruktur dan ekosistem yang mendukung para petani guna memperkuat komitmen bersama dalam mengatasi tantangan global, seperti perubahan iklim dan ketimpangan akses pangan. Foto: ANTARA FOTO/SYIFA YULINNAS
Sejumlah petani menanam padi di Desa Durian, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Kementerian Keuangan mencatat belanja pemerintah pusat (BPP) pada sektor pertanian hingga Mei 2024 sebesar Rp727,9 miliar yang berupa bantuan alat dan mesin pertanian (traktor, pompa air, hand sprayer, dan rice transpanter) sebanyak 41.188 unit serta 2,4 juta ton pupuk bersubsidi. Foto: ANTARA FOTO/Yudi Manar
Foto udara areal persawahan di Muaro Jambi. Dalam rangka optimasi lahan tahun 2024 seluas 109.260 hektar yang dilaksanakan melalui upaya peningkatan produktivitas, optimalisasi dan perluasan areal tanam, pengamanan produksi dan penguatan kelembagaan. M Lutfi Setiabudi selaku tokoh pemuda yang juga ketum Askonas menyatakan bahwa desa-desa merupakan basis yang strategis dalam mencapai ketahanan pangan nasional yang berkelanjutan. ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan
Perkuat sektor pertanian di desa-desa, mengedepankan teknologi digital dan pendekatan berkelanjutan. Serta komitmen pemerintah dalam mendorong inovasi dan keberlanjutan di sektor pertanian, sebagai upaya untuk mencapai Indonesia Emas 2045.