Fenomena Konten Kreator 'Ngamen Online' di BKT

Bagai artis ternama, Adi dan sekelompok pemuda lainnya bernyanyi dengan lantang di hadapan penonton yang menyaksikan lewat platform TikTok.
Sambil menyapa ribuan pengguna TikTok, Adi dan kawan-kawan memenuhi permintaan lagu yang diminta penonton. Mereka bernyanyi dengan percaya diri tanpa rasa malu dilihat warga yang melintas di Kanal Banjir Timur atau yang populer disingkat KBT, Jakarta Timur.
Live streaming di ruang terbuka menjadi fenomena tersendiri di tengah sulitnya mencari pekerjaan. KBT dan ruang terbuka lainnya menjadi saksi bisu kreator konten mendapatkan penghasilan.
Kawasan BKT dipilih karena banyak pepohonan rindang dan steril dari kendaraan bermotor. Di samping itu, terdapat tempat yang cukup untuk menaruh peralatan bernyanyi.
Hampir setiap harinya mereka live streaming mulai pukul 07.00 WIB sampai 11.00 WIB dengan harapan meraup rupiah lewat gift yang diberikan pengguna TikTok. Penghasilan yang didapat bisa puluhan sampai ratusan ribu rupiah dalam sekali live streaming.
Peralatan live streaming yang dipakai seperti tripod untuk dudukan HP, dua buah HP untuk live streaming dan mengganti lagu, soundcard untuk mixing audio, earphone, dan pendingin HP. Bisa dibilang, perlu modal jutaan rupiah untuk satu set 'alat tempur' ini.
Sebagian besar dari kreator konten yang live streaming di BKT adalah penyanyi, seperti Adi maupun Edward. Mereka live streaming ketika jadwal mengisi acara kosong ataupun sekedar mendapatkan penghasilan tambahan.
Menjadi kreator konten bukannya tanpa halangan. Acapkali mereka dapat komentar negatif dari pengguna TikTok saat live streaming. Tetapi Toni, Iqbal, Dea, Fandy, dan konten kreator lainnya bersikap cuek saja.
Kawasan BKT dipilih karena banyak pepohonan rindang dan steril dari kendaraan bermotor. Di samping itu, terdapat tempat yang cukup untuk menaruh peralatan bernyanyi.
Menjelang azan magrib, mereka bergegas membereskan peralatan dan pulang ke kediaman masing-masing atau mengerjakan kesibukan lainnya.
Pekerjaan ini dilakoni tanpa rasa malu dan gengsi. Menurut mereka, menjadi live streamer lebih baik ketimbang malas bekerja sama sekali. Fandy melakoni pekerjaan ini di saat belum ada pekerjaan menjadi pemeran iklan.
Bagai artis ternama, Adi dan sekelompok pemuda lainnya bernyanyi dengan lantang di hadapan penonton yang menyaksikan lewat platform TikTok.
Sambil menyapa ribuan pengguna TikTok, Adi dan kawan-kawan memenuhi permintaan lagu yang diminta penonton. Mereka bernyanyi dengan percaya diri tanpa rasa malu dilihat warga yang melintas di Kanal Banjir Timur atau yang populer disingkat KBT, Jakarta Timur.
Live streaming di ruang terbuka menjadi fenomena tersendiri di tengah sulitnya mencari pekerjaan. KBT dan ruang terbuka lainnya menjadi saksi bisu kreator konten mendapatkan penghasilan.
Kawasan BKT dipilih karena banyak pepohonan rindang dan steril dari kendaraan bermotor. Di samping itu, terdapat tempat yang cukup untuk menaruh peralatan bernyanyi.
Hampir setiap harinya mereka live streaming mulai pukul 07.00 WIB sampai 11.00 WIB dengan harapan meraup rupiah lewat gift yang diberikan pengguna TikTok. Penghasilan yang didapat bisa puluhan sampai ratusan ribu rupiah dalam sekali live streaming.
Peralatan live streaming yang dipakai seperti tripod untuk dudukan HP, dua buah HP untuk live streaming dan mengganti lagu, soundcard untuk mixing audio, earphone, dan pendingin HP. Bisa dibilang, perlu modal jutaan rupiah untuk satu set alat tempur ini.
Sebagian besar dari kreator konten yang live streaming di BKT adalah penyanyi, seperti Adi maupun Edward. Mereka live streaming ketika jadwal mengisi acara kosong ataupun sekedar mendapatkan penghasilan tambahan.
Menjadi kreator konten bukannya tanpa halangan. Acapkali mereka dapat komentar negatif dari pengguna TikTok saat live streaming. Tetapi Toni, Iqbal, Dea, Fandy, dan konten kreator lainnya bersikap cuek saja.
Kawasan BKT dipilih karena banyak pepohonan rindang dan steril dari kendaraan bermotor. Di samping itu, terdapat tempat yang cukup untuk menaruh peralatan bernyanyi.
Menjelang azan magrib, mereka bergegas membereskan peralatan dan pulang ke kediaman masing-masing atau mengerjakan kesibukan lainnya.
Pekerjaan ini dilakoni tanpa rasa malu dan gengsi. Menurut mereka, menjadi live streamer lebih baik ketimbang malas bekerja sama sekali. Fandy melakoni pekerjaan ini di saat belum ada pekerjaan menjadi pemeran iklan.