Ahli Manikur Jepang Olah Limbah Plastik Jadi Kuku Palsu Cantik

Suami dari ahli manikur Jepang Naomi Arimoto mendorongnya di kursi roda saat ia mengumpulkan sampah plastik dari pasir di sebuah pantai di Chigasaki, Prefektur Kanagawa, Jepang, 21 Oktober 2024.  

Ahli manikur Jepang Naomi Arimoto (42) berpartisipasi dalam menangani masalah limbah polusi.  

Di pantai dekat rumahnya di selatan Tokyo, Arimoto dengan hati-hati menyaring pasir untuk mencari potongan-potongan kecil plastik. Limbah plastik itu ia olah menjadi ujung kuku dekoratif untuk dipasang pada kuku palsu di salonnya.  

Ia mendapatkan ide tersebut setelah ikut serta dalam kegiatan bersih-bersih masyarakat di sepanjang pantai.  

Diperkirakan 20 juta ton sampah plastik dibuang ke lingkungan setiap tahun, menurut International Union for Conservation of Nature. KTT Perserikatan Bangsa-Bangsa di Busan, Korea Selatan, yang akan dimulai pada 25 November bertujuan untuk menyusun perjanjian penting yang akan menetapkan batasan global untuk produksi plastik.  

Arimoto membuka salon kuku di rumahnya pada tahun 2018. Dia telah menggunakan Umigomi, atau "sampah laut," untuk membuat seni kuku sejak tahun 2021.  

Untuk mengumpulkan bahan baku, dia menggunakan kursi roda khusus untuk menjelajahi pantai terdekat setiap bulan untuk mengumpulkan mikroplastik yang mungkin terlewatkan oleh pembersih lain.  

Untuk mengubah sampah laut menjadi harta karun, Arimoto memulai dengan membilas plastik di air tawar lalu memilahnya berdasarkan warna. Dia memotong plastik menjadi potongan-potongan yang lebih kecil dan meletakkannya ke dalam cincin logam sebelum melelehkan plastik untuk membentuk cakram warna-warni yang dapat ditempelkan pada kuku palsu.  

Arimoto mengakui bahwa seni kuku buatannya hanyalah setetes air di lautan polusi plastik, tetapi meningkatkan kesadaran akan masalah ini merupakan langkah menuju kerja sama untuk menemukan solusi.  

Suami dari ahli manikur Jepang Naomi Arimoto mendorongnya di kursi roda saat ia mengumpulkan sampah plastik dari pasir di sebuah pantai di Chigasaki, Prefektur Kanagawa, Jepang, 21 Oktober 2024.  
Ahli manikur Jepang Naomi Arimoto (42) berpartisipasi dalam menangani masalah limbah polusi.  
Di pantai dekat rumahnya di selatan Tokyo, Arimoto dengan hati-hati menyaring pasir untuk mencari potongan-potongan kecil plastik. Limbah plastik itu ia olah menjadi ujung kuku dekoratif untuk dipasang pada kuku palsu di salonnya.  
Ia mendapatkan ide tersebut setelah ikut serta dalam kegiatan bersih-bersih masyarakat di sepanjang pantai.  
Diperkirakan 20 juta ton sampah plastik dibuang ke lingkungan setiap tahun, menurut International Union for Conservation of Nature. KTT Perserikatan Bangsa-Bangsa di Busan, Korea Selatan, yang akan dimulai pada 25 November bertujuan untuk menyusun perjanjian penting yang akan menetapkan batasan global untuk produksi plastik.  
Arimoto membuka salon kuku di rumahnya pada tahun 2018. Dia telah menggunakan Umigomi, atau sampah laut, untuk membuat seni kuku sejak tahun 2021.  
Untuk mengumpulkan bahan baku, dia menggunakan kursi roda khusus untuk menjelajahi pantai terdekat setiap bulan untuk mengumpulkan mikroplastik yang mungkin terlewatkan oleh pembersih lain.  
Untuk mengubah sampah laut menjadi harta karun, Arimoto memulai dengan membilas plastik di air tawar lalu memilahnya berdasarkan warna. Dia memotong plastik menjadi potongan-potongan yang lebih kecil dan meletakkannya ke dalam cincin logam sebelum melelehkan plastik untuk membentuk cakram warna-warni yang dapat ditempelkan pada kuku palsu.  
Arimoto mengakui bahwa seni kuku buatannya hanyalah setetes air di lautan polusi plastik, tetapi meningkatkan kesadaran akan masalah ini merupakan langkah menuju kerja sama untuk menemukan solusi.