Transjakarta Tetap Angkut Penumpang dari Halte yang Terbakar

Sejumlah penumpang Transjakarta menunggu di halte pinggir jalan depan Halte Bundaran Senayan, Jakarta, Senin (1/9/2025), meski halte itu hangus terbakar beberapa waktu lalu.

Halte yang digunakan merupakan halte NBRT (Non-BRT), yakni halte layanan non-Bus Rapid Transit yang berada di pinggir jalan dan sejajar dengan permukaan jalan.

Halte NBRT ini dipakai menggantikan halte BRT utama Bundaran Senayan yang juga terbakar akibat aksi demonstrasi. Dengan begitu, penumpang masih bisa naik turun bus di lokasi yang sama.

Meski ikut terbakar, halte NBRT tetap difungsikan karena posisi dan aksesnya strategis. Kondisinya jauh dari ideal, namun menjadi alternatif penting sementara waktu.

Kerusakan halte Bundaran Senayan terjadi bersamaan dengan sejumlah halte lain yang terdampak kerusuhan massa. Total ada lebih dari selusin halte Transjakarta yang dirusak dan dibakar saat unjuk rasa.

Untuk menjaga layanan tetap berjalan, Transjakarta menyiapkan halte darurat maupun pengalihan layanan. Namun, di Bundaran Senayan, penggunaan halte NBRT yang terbakar menjadi pilihan paling praktis.

Fasilitas di halte NBRT jelas terbatas, tanpa ruang tunggu yang layak atau perlindungan dari panas dan hujan. Meski begitu, warga tetap memanfaatkannya karena kebutuhan transportasi harian.

TransJakarta menegaskan layanan tidak boleh berhenti total, sekalipun fasilitas rusak. Halte NBRT terbakar ini menjadi contoh improvisasi agar mobilitas warga tetap terjamin.

Sejumlah penumpang mengaku was-was menggunakan halte yang hangus terbakar. Namun, mereka tidak punya pilihan lain karena halte utama Bundaran Senayan juga rusak parah.

Masyarakat berharap pemerintah dan Transjakarta segera memperbaiki halte yang rusak. Dengan perbaikan, layanan transportasi publik di kawasan Bundaran Senayan bisa kembali normal dan lebih aman.

Sejumlah penumpang Transjakarta menunggu di halte pinggir jalan depan Halte Bundaran Senayan, Jakarta, Senin (1/9/2025), meski halte itu hangus terbakar beberapa waktu lalu.
Halte yang digunakan merupakan halte NBRT (Non-BRT), yakni halte layanan non-Bus Rapid Transit yang berada di pinggir jalan dan sejajar dengan permukaan jalan.
Halte NBRT ini dipakai menggantikan halte BRT utama Bundaran Senayan yang juga terbakar akibat aksi demonstrasi. Dengan begitu, penumpang masih bisa naik turun bus di lokasi yang sama.
Meski ikut terbakar, halte NBRT tetap difungsikan karena posisi dan aksesnya strategis. Kondisinya jauh dari ideal, namun menjadi alternatif penting sementara waktu.
Kerusakan halte Bundaran Senayan terjadi bersamaan dengan sejumlah halte lain yang terdampak kerusuhan massa. Total ada lebih dari selusin halte Transjakarta yang dirusak dan dibakar saat unjuk rasa.
Untuk menjaga layanan tetap berjalan, Transjakarta menyiapkan halte darurat maupun pengalihan layanan. Namun, di Bundaran Senayan, penggunaan halte NBRT yang terbakar menjadi pilihan paling praktis.
Fasilitas di halte NBRT jelas terbatas, tanpa ruang tunggu yang layak atau perlindungan dari panas dan hujan. Meski begitu, warga tetap memanfaatkannya karena kebutuhan transportasi harian.
TransJakarta menegaskan layanan tidak boleh berhenti total, sekalipun fasilitas rusak. Halte NBRT terbakar ini menjadi contoh improvisasi agar mobilitas warga tetap terjamin.
Sejumlah penumpang mengaku was-was menggunakan halte yang hangus terbakar. Namun, mereka tidak punya pilihan lain karena halte utama Bundaran Senayan juga rusak parah.
Masyarakat berharap pemerintah dan Transjakarta segera memperbaiki halte yang rusak. Dengan perbaikan, layanan transportasi publik di kawasan Bundaran Senayan bisa kembali normal dan lebih aman.