Ditinggalkan Pedagang, Lokbin Kota Intan Kini Jadi Kawasan Kumuh
Dari ratusan kios yang tersedia, hanya sekitar 20 hingga 30 pedagang yang masih bertahan. Selebihnya tutup dan dibiarkan kosong berdebu.
Padahal, lokbin ini dibangun dengan tujuan mulia: menertibkan pedagang kaki lima (PKL) dari trotoar Kota Tua agar wisatawan lebih nyaman. Namun karena sepi pengunjung, banyak pedagang memilih kembali berjualan di trotoar yang meski penuh risiko, tetap menjanjikan pembeli.
Kawasan yang dulunya diharapkan menjadi pusat aktivitas niaga tertata itu, justru semakin sepi, terbengkalai, dan berkesan kumuh.
Tanpa langkah nyata, Lokbin Kota Intan dikhawatirkan kian terpuruk, meninggalkan wajah muram di tengah kawasan bersejarah Jakarta.
Meski pemerintah sudah menggratiskan biaya sewa kios sejak masa pandemi, langkah tersebut belum mampu menghidupkan kembali denyut ekonomi di lokbin.
Ironisnya, area kios yang tak terpakai banyak dijadikan tempat tinggal sementara oleh tunawisma.
Kondisi fisik kawasan juga makin tak terawat. Dinding kusam, cat mengelupas, hingga lingkungan semrawut kini menjadi pemandangan sehari-hari.
Situasi ini membuat Lokbin Kota Intan jauh dari citra kawasan bersejarah yang diharapkan mendukung pariwisata Kota Tua.