Kerang Hijau Cilincing Penopang Hidup Warga Pesisir
Seorang nelayan mengangkut ember berisi kerang hijau hasil tangkapan dari Teluk Jakarta di kawasan Cilincing, Jakarta Utara, Jumat (10/10/2025). Setiap fajar, para nelayan membawa hasil laut untuk dijual ke pengusaha lokal.
Kerang hijau hasil tangkapan dibersihkan sebelum memasuki proses perebusan. Kerang-kerang itu dijual kepada pengusaha dengan harga sekitar Rp100 ribu per karung.
Asap putih mengepul dari drum perebusan kerang hijau di halaman pengusaha lokal. Dalam sehari, proses perebusan bisa mencapai 200 karung kerang segar.
Pekerja mengangkut keranjang berisi kerang hijau untuk direbus di dalam tungku. Aktivitas ini menjadi sumber penghidupan utama bagi warga pesisir Cilincing.
Pekerja merebus kerang hijau di atas tungku kayu besar. Perebusan berlangsung 10–15 menit untuk membuka cangkang dan memudahkan proses pengupasan.
Seorang pekerja menyusun kerang hijau yang sudah direbus. Suhu panas dan aroma laut menjadi bagian dari keseharian mereka.
Para pekerja yang bertugas merebus bekerja tanpa jeda panjang, dari pagi hingga malam hari. Mereka mendapat upah sekitar Rp150 ribu per hari, bergantung pada jumlah karung yang berhasil diselesaikan.
Ibu-ibu di Cilincing mengupas daging kerang hijau setelah proses perebusan. Hasil kerja mereka kemudian dijual ke pasar hingga rumah makan.
Daging kerang hijau segar dikumpulkan dalam wadah plastik sebelum dijual. Harga jual bergantung pada cuaca dan hasil tangkapan harian nelayan.
Kerang hijau rebus menjadi salah satu bahan pangan yang banyak diminati karena rasanya gurih dan harganya terjangkau. Bagi warga pesisir Jakarta Utara, usaha kerang hijau bukan sekadar mata pencaharian, melainkan bagian dari identitas sosial. Bisnis ini sudah berlangsung sejak puluhan tahun lalu, diwariskan dari generasi ke generasi.