ITC Cempaka Mas Kian Sepi, Deretan Toko Tutup Makin Mendominasi

Suasana beberapa ruko yang tutup di kawasan ITC Cempaka Mas, Jakarta Pusat, Rabu (26/11/2025). Berderet pintu besi yang tertutup rapat tampak mendominasi lorong ITC Cempaka Mas. Hampir seluruh kios yang dulu ramai dan penuh aktivitas kini terlihat kosong, hanya menyisakan beberapa toko pakaian yang masih bertahan di antara deretan ruko yang gelap dan sunyi.

Suasana lengang terasa sejak langkah pertama memasuki koridor tidak banyak suara, tidak banyak pengunjung, dan tidak ada riuh transaksi seperti masa-masa jaya pusat perbelanjaan ini. Beberapa kios pakaian tetap mencoba menarik perhatian dengan memasang tulisan “obral 50.000” atau memajang batik warna-warni di depan pintu.

Mereka seolah berusaha menjaga denyut nadi perdagangan di tengah kondisi yang kian menurun. Namun di sisi lain, tembok dan rolling door yang memudar menunjukkan kenyataan berbeda banyak kios sudah lama tutup, sebagian lainnya dipasang tulisan “di kontrakan” atau “di jual" lengkap dengan nomor telepon pemilik.

Tulisan-tulisan itu seakan menjadi tanda betapa besar perpindahan pasar dari mode belanja offline ke online yang membuat penyewa satu per satu angkat kaki.

Langit-langit gedung tampak kusam, lampu-lampu neon menyala redup menerangi lantai keramik yang mengilap karena sepi dilewati. Di ujung lorong, petunjuk kecil seperti tulisan "toilet” atau papan blok toko masih bertengger, menjadi sisa-sisa penanda bahwa tempat ini dulu dipadati pengunjung dari berbagai penjuru kota. 

ITC Cempaka Mas yang dulu dikenal sebagai pusat grosir terbesar dan teramai kini menghadapi tantangan berat untuk mempertahankan kehidupan di dalamnya. Banyak pemilik memilih menjual atau menyewakan kembali ruko mereka, berharap ada pelaku usaha baru yang mau mencoba peruntungan di tengah arus perubahan zaman.

Suasana beberapa ruko yang tutup di kawasan ITC Cempaka Mas, Jakarta Pusat, Rabu (26/11/2025). Berderet pintu besi yang tertutup rapat tampak mendominasi lorong ITC Cempaka Mas. Hampir seluruh kios yang dulu ramai dan penuh aktivitas kini terlihat kosong, hanya menyisakan beberapa toko pakaian yang masih bertahan di antara deretan ruko yang gelap dan sunyi.
Suasana lengang terasa sejak langkah pertama memasuki koridor tidak banyak suara, tidak banyak pengunjung, dan tidak ada riuh transaksi seperti masa-masa jaya pusat perbelanjaan ini. Beberapa kios pakaian tetap mencoba menarik perhatian dengan memasang tulisan “obral 50.000” atau memajang batik warna-warni di depan pintu.
Mereka seolah berusaha menjaga denyut nadi perdagangan di tengah kondisi yang kian menurun. Namun di sisi lain, tembok dan rolling door yang memudar menunjukkan kenyataan berbeda banyak kios sudah lama tutup, sebagian lainnya dipasang tulisan “di kontrakan” atau “di jual lengkap dengan nomor telepon pemilik.
Tulisan-tulisan itu seakan menjadi tanda betapa besar perpindahan pasar dari mode belanja offline ke online yang membuat penyewa satu per satu angkat kaki.
Langit-langit gedung tampak kusam, lampu-lampu neon menyala redup menerangi lantai keramik yang mengilap karena sepi dilewati. Di ujung lorong, petunjuk kecil seperti tulisan toilet” atau papan blok toko masih bertengger, menjadi sisa-sisa penanda bahwa tempat ini dulu dipadati pengunjung dari berbagai penjuru kota. 
ITC Cempaka Mas yang dulu dikenal sebagai pusat grosir terbesar dan teramai kini menghadapi tantangan berat untuk mempertahankan kehidupan di dalamnya. Banyak pemilik memilih menjual atau menyewakan kembali ruko mereka, berharap ada pelaku usaha baru yang mau mencoba peruntungan di tengah arus perubahan zaman.