Tak lama setelah diluncurkan, uang baru ini ramai dibicarakan di masyarakat. Mulai dari pembahasan positif, hingga negatif. Salah satu yang negatif adalah rupiah baru ini dituduh mirip yuan.
Menanggapi isu yang beredar tersebut, Deputi Direktur Departemen Pengendalian Uang BI, Yudi Harimurti, menjelaskan dalam penentuan desain emisi ada standar baku yang sudah ditetapkan di otoritas bank sentral masing-masing negara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di dalam menentukan warna itu ada semacam rule, dan ini digunakan juga sebagai bank sentral sebagai skema warna. Yang menunjukan gradasi warna dan itu kita pakai terutama untuk menentukan karena warna sebagai pembeda utama. Terutama bangsa Indonesia," imbuhnya.
Soal pemilihan warna, termasuk pemilihan warna merah pada pecahan emisi Rp 100,000 yang dianggap paling mirip dengan yuan, hal itu juga didasarkan atas survey pada masyarakat terkait bagaimana mereka membedakan setiap pecahan.
"Survei terakhir kita, 90% masyarakat atau responden menggunakan warna sebagai pecahan. Jadi mereka tidak melihat nominal, gambar pahlawan, lebih ke warna. Untuk itu, guna menghindari kesalahan pengenalan, kita pastikan bahwa warna dengan angka depan yang sama misalnya 10 dengan 100, itu kita pastikan beda secara kontras. Tidak mirip-mirip," ungkap Yudi.
"Dengan demikian sangat wajar apabila terdapat ada persepsi antara satu negara mirip dengan negara lain. Karena pada dasarnya warna di dunia ya segitu-segitu juga," katanya lagi.
(ang/ang)











































