Sanksi dari negara-negara barat membuat ekonomi Rusia di bawah tekanan. Hal itu membuat lembaga keuangan memikirkan mengenai dampak besar apa yang akan diterima.
Menurut Bank for International Settlements, bank-bank asing mengklaim memiliki lebih dari US$ 120 miliar atau Rp 1.724,28 triliun (kurs Rp 14.369) dari rekananya dengan Rusia pada akhir September 2021.
Itu memicu kekhawatiran mereka, ketika rubel runtuh dan Rusia semakin terputus dari sistem keuangan global, pembayaran yang terlewat dapat menumpuk dan memicu kerugian besar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
France's Societe Generale (SCGLF) dan Italy's UniCredit (UNCFF), dua bank besar Eropa dengan operasi terbesar di Rusia, menghadapi pengawasan khusus. Sejak Rusia menginvasi Ukraina minggu lalu, saham SCGLF anjlok 25%, sementara UNCF turun 23%.
Mengutip CNN, Jumat (4/3/2022), Fitch Ratings memperingatkan pada Rabu lalu, kualitas aset bank-bank besar Eropa Barat akan tertekan dampak invasi Rusia ke Ukraina. Operasional mereka juga menghadapi peningkatan risiko karena harus mematuhi sanksi internasional.
Kepatuhan terhadap sanksi, terutama dengan beberapa bank teratas Rusia yang dikeluarkan dari sistem pembayaran global SWIFT juga akan menjadi tantangan.
Berlanjut ke halaman berikutnya.
Simak juga Video: Ancaman 10 Kali Tragedi Chernobyl saat Rusia Serang PLTN Terbesar Eropa
Dalam sebuah pernyataan pada Kamis lalu, SCGLF mengatakan bahwa pihaknya secara ketat mematuhi semua undang-undang dan peraturan yang berlaku dan dengan terus menerapkan langkah-langkah yang diperlukan untuk menegakkan sanksi internasional.
UNCF yang telah beroperasi di Rusia sejak 1989, mengatakan pekan lalu bahwa cabangnya di Rusia sangat likuid dan waralaba hanya menyumbang 3% dari pendapatan bank. Awal tahun ini, pihaknya membatalkan tawaran potensial untuk bank milik Rusia Otkritie karena situasi politik di Ukraina.
Bank-bank AS juga bisa merasakan sakit. Citigroup mengungkapkan saham Citi telah turun 4% sejak invasi Rusia. Ahli strategi investasi Credit Suisse Zoltan Pozsar menyebutkan runtuhnya bank investasi Lehman Brothers pada 2008 ketika mempertimbangkan konsekuensi pemotongan bank Rusia dari SWIFT bisa menjadi pelajaran.
Dia mengatakan efeknya bisa beriak melalui pasar, memaksa bank sentral untuk campur tangan. Apa yang menimpa Lehman saat ini belum terwujud. Tetapi penting untuk memerhatikan komunikasi dari bank ketika ekonomi Rusia runtuh.
"Anda tidak benar-benar tahu pasti semua konsekuensinya, jadi saya pikir itu salah satu ketakutannya," Robert Sears, kepala investasi di Capital Generation Partners.
(ara/ara)