Sementara untuk 5 daerah dengan pertumbuhan pencarian tertinggi antara lain ada Bali, Jawa Barat, Medan, Tangerang Selatan, dan Bekasi. Rumah tapak masih menjadi yang paling digemari, dengan pencarian mencapai 80%.
"Trennya belum tentu sama dengan media lain, platform lain. Berbanding lurus dengan suplai listing. Semakin banyak listing semakin ramai pilihan propertinya," tegasnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, Direktur Rumah Umum dan Komersial Kementerian PUPR, Fitrah Nur menyampaikan, pertumbuhan ekonomi RI sangat berdampak terhadap perkembangan industri properti, meski sumbangsih properti ke Produk Domestik Bruto (PDB) RI hanya di 3% di 2022 kemarin.
Dalam hal ini, ia mengatakan, pembangunan suatu perumahan akan menggerakkan sekitar 174 sektor turunan lainnya. Sehingga, tentunya properti akan sangat mendorong perekonomian di daerah tersebut, khususnya sektor padat karya.
"Mau tidak mau itu akan bergerak perekonomian suatu daerah. Apalagi itu padat karya dan TKDN-nya sekitar 90%. Kecuali rumah-rumah mewah yang ada aksesori dari luar negeri, tapi secara umum rumah TKDN-nya 90%," terang Fitrah.
Di sisi lain, menurutnya, salah satu tantangan besarnya ialah tidak semua daerah dapat memanfatakan hal tersebut. Salah satu halangannya yakni menyangkut regulasi yang mengikat di kawasan tersebut.
"Tapi masalahnya tidak semua Pemda bisa memanfatakan ini karena keterbatasam peraturan. Tapi yang jelas kalau mereka bisa memanfaatkan properti, kita tahu dari data statsistik, kami pernah hitung, untuk perumahan itu yang bisa menggerakkan 174 sektor ke hal-hal yang sangat kecil," ujarnya.
(dna/dna)