Direktur Utama PT Inalum (Persero) Budi Gunadi Sadikin selaku holding dan pemegang saham pengendali menjelaskan, perbedaan penarikan dividen tersebut untuk menyesuaikan kondisi keuangan kedua perusahaan.
PTBA, kata Budi, memiliki kas yang cukup besar. Bahkan untuk memenuhi kebutuhan belanja modal (capital expenditures/capex) seluruhnya berasal dari kas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia memandang hal itu justru tidak baik bagi bagi neraca keuangan dan tidak efisien. Sebab seharusnya dengan menyertakan pinjaman maka kelebihan kas bisa digunakan untuk investasi agar return on equity-nya bisa lebih tinggi.
"Kalau terlalu banyak (utang) enggak sehat, tapi kalau terlalu sedikit juga jadi istilahnya lazy balance sheet," imbuhnya.
Menurut Budi, PTBA memiliki EBITDA setiap tahunnya sekitar Rp 9 triliun, sementara kebutuhan capex hanya Rp 6 triliun yang seluruhnya dari kas. "Jadi ada kelebihan Rp 3 triliun, karena kondisinya seperti itu makanya kita tarik," terangnya.
"Sedangkan Antam kebalikannya, Antam debt to ebitda-nya sudah 500% lebih. Jadi enggak bisa terlalu banyak ditarik, sudah strech," tambah Budi.
Sebelumnya PTBA telah mengumumkan pembagian dividen sebesar Rp 3,35 triliun atau Rp 318,521 per lembar saham, atau 75% dari total laba bersih perusahaan pada 2017 sebesar Rp 4,47 triliun.
Sedangkan Antam membagikan dividen Rp 48 miliar, itu merupakan 35% dari perolehan laba bersih di 2017 sebesar Rp 136 miliar. Adapun dividen per saham tahun buku 2017 adalah Rp1,99. (dna/dna)











































