Apa Itu Fraud Triangle? Inilah Jenis dan Cara Mencegahnya

Apa Itu Fraud Triangle? Inilah Jenis dan Cara Mencegahnya

Debora Danisa Kurniasih Perdana Sitanggang - detikFinance
Rabu, 05 Okt 2022 10:54 WIB
Ilustrasi fraud triangle.
Foto: Nohe Pereira/Unsplash
Jakarta -

Fraud atau penipuan dan kecurangan merupakan hal yang sering ditemukan dalam dunia bisnis. Berbagai pihak sengaja melakukan fraud demi mendapatkan keuntungan lebih. Sayangnya praktik ini tidak dibenarkan karena bisa merugikan pihak lain. Fraud kerap terjadi karena didukung dengan tiga faktor yang dikenal sebagai fraud triangle.

Dalam artikel ini, kita akan memahami lebih jelas mengenai apa itu fraud triangle, bagaimana tahapan fraud terjadi dengan adanya fraud triangle tersebut, serta cara mencegah fraud. Simak penjelasan berikut ini.

Apa Itu Fraud Triangle?

Menurut Steve Albrecht dalam situs National Whistleblower Center, fraud triangle atau segitiga penipuan adalah kondisi yang dapat memotivasi seseorang atau perusahaan untuk terlibat dalam suatu penipuan. Istilah ini juga menyoroti kondisi ekonomi atau industri yang dapat menimbulkan risiko menyeluruh yang lebih tinggi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Albrecht menjelaskan bahwa dalam fraud triangle, individu atau perusahaan termotivasi untuk melakukan penipuan ketika terdapat tiga elemen yang mendukung. Ketiga elemen tersebut adalah tekanan yang diterima, peluang yang dirasakan, dan rasionalisasi penipuan sehingga membuat orang tidak konsisten dengan nilai yang semula dipegangnya.

Jenis Fraud Triangle dalam Bisnis

Terdapat beberapa jenis fraud yang dikenal dalam dunia bisnis dan dipicu oleh fraud triangle ini. Berikut penjelasannya menurut The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) dan Steve Albrecht seperti dikutip situs bbs.binus.ac.id.

ADVERTISEMENT

1. Penyimpangan Atas Aset

Fraud ini meliputi penyalahgunaan atau pencurian aset milik perusahaan atau pihak lain. Fraud ini mudah dideteksi karena aset bersifat tangible atau kelihatan, sehingga lebih mudah diukur atau dihitung.

2. Pernyataan Palsu

Sering disebut juga dengan istilah fraudulent statement atau salah pernyataan. Fraud ini meliputi tindakan pejabat suatu perusahaan atau instansi pemerintah untuk menutup-nutupi kondisi keuangan, dengan cara merekayasa laporan keuangan. Mereka melakukannya dengan tujuan memperoleh keuntungan.

3. Korupsi

Berbeda dengan penyimpangan aset, korupsi terbilang fraud yang paling sulit dideteksi. Korupsi meliputi suap, gratifikasi, hingga konflik kepentingan yang menyangkut kerja sama dengan pihak lain. Para pihak itu sama-sama menikmati keuntungan dari tindakan tersebut.

4. Employee Embezzlement

Merupakan pencurian yang dilakukan oleh karyawan atau pegawai dalam perusahaan tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang dapat merugikan perusahaan.

5. Management Fraud

Jenis fraud ini ditandai dengan manajemen bagian atas atau puncak memberikan informasi bias dalam laporan keuangan. Hampir sama dengan jenis pernyataan palsu tetapi secara khusus mengarah pada manajemen.

6. Investment Scams

Fraud ini berbentuk kebohongan investasi melalui penanaman modal yang tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya, sehingga investor bisa mengalami kerugian.

7. Vendor Fraud

Jenis fraud ini dilakukan dengan cara perusahaan mematok tarif yang mahal dan sengaja dimahalkan daripada biasanya dalam hal pengiriman barang atau pemberian jasa.

8. Customer Fraud

Bukan hanya perusahaan, pelanggan atau customer juga bisa melakukan fraud. Biasanya jenis ini dilakukan dengan cara pelanggan menipu penjual agar mereka mendapatkan barang atau pelayanan yang lebih daripada yang telah dibayarkan.

Tahapan Fraud Triangle

Pada bagian awal, telah dijelaskan bahwa fraud triangle menggambarkan kondisi di mana individu atau perusahaan melakukan penipuan karena didukung tiga faktor. Yakni motivasi, peluang, dan rasionalisasi. Berikut tahapan fraud triangle berdasarkan faktor-faktor tersebut mengutip situs National Whistleblower Center.

1. Motivasi

Hal pertama yang mendorong seseorang melakukan penipuan atau fraud adalah adanya motivasi. Motivasi tersebut bisa berupa tekanan atau insentif. Contohnya seorang karyawan dituntut mencapai target finansial tertentu yang melebihi kemampuannya. Untuk mencapai target tersebut, akhirnya karyawan itu melakukan fraud. Krisis finansial juga sering kali menjadi pendorong bagi banyak orang untuk melakukan penipuan demi menambah penghasilan untuk kebutuhan hidup.

2. Peluang

Hal berikutnya yang mendorong fraud adalah keberadaan peluang. Peluang tersebut bisa dalam bentuk lemahnya pengawasan dan penegakan hukum atau prosedur audit yang tidak terlalu ketat. Krisis finansial, lagi-lagi, juga bisa menjadi bagian dari peluang ini.

3. Rasionalisasi

Ketika motivasi dan peluang sudah ada, biasanya pelaku fraud akan melakukan rasionalisasi dalam pikiran bahwa fraud yang akan dilaksanakannya ini boleh-boleh saja dilakukan karena suatu alasan. Contohnya pejabat merasa sah-sah saja melakukan korupsi demi mempertahankan kekuasaannya.

Cara Mencegah Terjadinya Fraud Triangle

Fraud triangle perlu dicegah supaya tidak menimbulkan kerugian bagi pihak lain yang akan terdampak. Berikut cara mencegah terjadinya fraud triangle dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP), mengutip Novia Tri Kurniasari dan kawan-kawan dalam Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah.

1. Menyusun Hierarki

Perusahaan atau instansi perlu menyusun hierarki informasi dan pengetahuan terkait hal yang diamati dalam perusahaan/instansi. Pengamatan dimulai dari permasalahan kompleks yang diuraikan menjadi elemen pokok. Elemen pokok tersebut diuraikan lagi menjadi bagian yang lebih detail. Hierarki ini ditujukan untuk mengetahui prioritas strategi yang paling baik untuk mencegah terjadinya fraud.

2. Menetapkan Prioritas

Langkah selanjutnya adalah menetapkan prioritas dalam pengambilan keputusan. Caranya dengan membuat perbandingan berpasangan antara elemen satu dan elemen lainnya yang telah dibedah dalam tahapan sebelumnya. Perbandingan berpasangan dapat dibentuk dengan bentuk matriks, dimulai dari puncak hierarki (yang berada di paling atas).

3. Konsistensi Logis

Terakhir, perusahaan atau instansi memperhitungkan konsistensi logis semua elemen yang dikelompokkan, apakah elemen-elemen yang telah dibandingkan secara berpasangan itu menunjukkan pertimbangan yang konsisten. Jika ternyata pertimbangannya agak acak atau tidak konsisten, maka ada yang perlu diperbaiki dalam pencegahan fraud.

Sementara itu, mengutip situs grfcpa.com, berikut cara mencegah fraud triangle.

1. Pengendalian Internal

Perusahaan atau instansi bisa melakukan pengendalian internal dalam bentuk review dan persetujuan (approval) berbagai permohonan yang diajukan, kontrol akses, dan automated clearing house (AHC) block atau membatasi transaksi yang tidak sesuai dengan sistem.

2. Pelatihan Pegawai

Pelatihan pegawai dibutuhkan untuk menanamkan mental anti-fraud, melatih pegawai mengenali bentuk-bentuk fraud, serta mendorong pegawai melaporkan aktivitas mencurigakan yang mengarah pada fraud.

3. Pemindaian Keamanan Siber Internal dan Eksternal

Fraud sangat mungkin dilakukan melalui jaringan siber, sehingga penting bagi instansi atau perusahaan untuk memperkuat keamanan siber, baik internal maupun eksternal.

4. Audit Internal

Perusahaan atau instansi perlu mengadakan audit internal secara rutin sebagai bentuk penilaian terhadap key process, manajemen risiko, dan area-area yang berisiko tinggi terjadi fraud.

5. Kebijakan dan SOP

Fraud bisa dicegah dengan membuat kebijakan dan SOP atau prosedur yang transparan. Ini bisa dikatakan sebagai salah satu bentuk pengendalian internal juga sekaligus langkah preventif terhadap fraud.

6. Evaluasi Pegawai

Selain pelatihan, pegawai juga perlu dievaluasi secara rutin. Evaluasi mencakup etika kerja, kepuasan kerja, hingga moral karyawan.

Nah, itulah penjelasan lengkap mengenai fraud triangle. Semoga dapat membantu detikers mengenali fraud di sekitar Anda dan mencegah terjadinya kerugian.




(des/fds)

Hide Ads