Menurut Hatta, saat ini beberapa negara lain di dunia sedang mengalami kesulitan pangan akibat cuaca yang ekstrem. Meskipun Indonesia tidak mengalaminya, namun tidak ada salahnya untuk berjaga-jaga.
Saat ini, beberapa negara seperti Pakistan, India, dan Turki, sudah menyatakan untuk menutup keran ekspor beras mereka. Bahkan, China sudah berniat untuk melakukan impor beras akibat buruknya cuaca.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengatakan, saat ini masyarakat Indonesia sangat tergantung kepada beras, padahal masih banyak pangan lainnya yang bisa menjadi pengganti beras. Inilah penyebab jika stok beras terbatas, masyarakat menjadi panik.
"Ini saat yang tepat untuk mengingatkan kalau makan jangan hanya beras, gandum bisa menjadi pengganti," ujarnya.
Selain gandum, kata Hatta, pemerintah juga mendorong masyarakat bisa melakukan diversifikasi pangan, mencari alternatif seperti sagu, jagung, dan lain sebagainya.
"Dengan diversifikasi, ketergantungan beras bisa dikurangi. Saya harap ada kesadaran masyarakat melihat cuaca ekstrim ini," ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Pertanian Suswono mengatakan, Indonesia sebenarnya kaya akan sumber karbohidrat lain selain nasi. Namun selama ini kebiasaan mengkonsumsi nasi sulit dialihkan.
"Kita memang sedang mencari sumber karbohidrat baru sebagai cadangan pangan, bisa ketela pohon, bisa juga ubi, sukun, sagu dan lain-lain," ujarnya.
Sebenarnya, menurut Suswono, ketersediaan pangan di daerah-daerah pelosok tidak menjadi masalah, baik itu tersedia beras maupun tidak. Daerah pelosok memiliki alternatif karbohidrat lain ketika pasokan beras terbatas.
"Masalahnya di kota itu sudah terbiasa dengan beras, padahal pasokan karbohidrat ada," ujarnya.
(ang/dnl)











































