Era Baru Hubungan Indonesia-China

Era Baru Hubungan Indonesia-China

Muhammad Idris - detikFinance
Rabu, 16 Nov 2016 20:05 WIB
Foto: Istimewa
Jakarta - Dalam rangka membangun saling pengertian antara pengusaha Indonesia dan China dalam kaitan investasi dan perdagangan yang saling menguntungkan dan berkelanjutan, Research dan Development (RDI) menyelenggarakan seminar dengan tajuk China-Indonesia Business and Development Cooperation.

RDI adalah lembaga Think Tank terkemuka di China yang fokus pada pengembangan investasi dan perdagangan antara China dan negara-negara yang sudah dan akan bergabung di Jalur Sutra Abad ke 21 (One Belt One Road).

Seminar berlangsung dinamis karena diselingi dengan diskusi yang terbuka dan apa adanya. Hal yang jarang terjadi dalam diskusi dengan pihak pengusaha dan pemerintah China selama ini. Hadir dalam pertemuan tersebut kurang lebih 100-an pengusaha dan wakil pemerintah dari kedua negara. Acara ini berlangsung di Kota Haikou, Hainan, sejak Selasa (15/11/2016) hingga Kamis (17/11/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tampil sebagai pembicara kunci: Tantowi Yahya (DPR RI), Vince Gowan (Ketua Komite China-Kadin Indonesia) dan Felia Salim (pengamat ekonomi dan perbankan). Dalam pidatonya Tantowi menyampaikan bahwa hubungan Indonesia-China sudah berlangsung lama.

Meski pernah mengalami beberapa dinamika, hubungan kedua negara tetap baik dan produktif. Dalam hal investasi, China saat ini memang masih berada di bawah Singapura dan Jepang.

"Namun dengan telah diluncurkan Jalur Sutra Maritim Abad 21, inisiatif baru China dalam membangun perekonomian di 65 negara, diharapkan investasi China akan meningkat tajam khususnya di bidang infrastruktur dan industri kemaritiman," ujar Tantowi, dalam keterangan tertulis, Rabu (16/11/2016).

Namun demikian, meski investasinya sangat dinantikan, pengusaha dan investor China diharapkan untuk memperhatikan permasalahan sosial dan budaya di Indonesia. Investasi tidak boleh menciptakan permasalahan sosial.

Sementara itu Vince Gowan secara tegas mengatakan bahwa kedua negara saling membutuhkan satu sama lain. Di saat Indonesia lagi giat membangun seperti saat ini, kerjasama dengan China patut terus dibina. Hubungan dagang terus diperkuat dengan konsep sama-sama menguntungkan dan berjangka panjang.

"China harus mulai memperhatikan pasar Indonesia sebagai pasar yang menginginkan produk bermutu dan tahan lama. China jangan lagi memasukkan produk2 murah dan cepat rusak. Citra China sebagai penghasil produk-produk seperti itu sudah harus diperbaiki," tutur Vince.

Forum menjadi menarik ketika Felia Salim, mantan bankir, yang kini menjadi pengamat ekonomi dan perbankan memaparkan secara komprehensif kondisi ekonomi saat ini. Mantan petinggi Bursa Efek ini juga menjelaskan berbagai kemudahan dalam berusaha yang terus digenjot di bawah pemerintahan Jokowi-JK.

Senada dengan Gowan, Felia juga mengharapkan agar China mulai memasukkan barang-barang berkualitas. Pasar Indonesia tidak selalu mencari barang murah. Indonesia membuka pintu lebar bagi investasi dari China.

Namun demikian China juga harus memperhatikan kondisi sosial dan kemasyarakatan yang ada. Masuknya tenaga kerja China bersamaan dengan investasi yang ditanam sangat meresahkan masyarakat. Felia berharap pemerintah China dapat meninjau ulang kebijakan tersebut. (hns/hns)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads