Pemerintah masih akan fokus pada pembangunan 2 jembatan lainnya yaitu di Jembatan Musi Tiga dan Jembatan Tayan dalam waktu 3 tahun kedepan.
"Kita memang sudah punya konsep Trinusa Bima Sakti yaitu menghubungkan Jawa-Madura, Jawa-Bali dan Jawa-Sumatera," kata Direktur Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum Hermanto Dardak saat dihubungi detikFinance, Minggu (31/5/2009).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kedepannya, yang bisa dikerjakan itu Jembatan Bali, tapi ini harus disinkronkan dengan pemda Bali karena ada aturan disana bagaimana budayanya tetap lestari. Sekarang ini masih dalam konteks studi," jelasnya.
Sementara itu mengenai Jembatan Selat Sunda, sampai saat ini sudah masuk dalam tahap pra studi kelayakan. Namun ia menggarisbawahi selain menelan biaya yang besar perlu ada kajian teknis yang mendalam karena diperkirakan jembatan ini memiliki panjang hingga 29 km.
Selain itu, lanjut Hermanto, berdasarkan kajian awal, ditemukannya palung yang melintang di Selat Sunda sedalam 200 meter sehingga diperlukan konstruksi jembatan bebas menggantung tanpa tiang sepanjang 2,5 km.
Salah satu jembatan menggantung yang sudah ada, yaitu sepanjang 2 km di Osaka di Jepang. Bahkan, Jembatan Messina di Italia bakal dibangun lebih panjang, sepanjang 3 km.
"Dua proyek jembatan besar itu belum jelas, kapannya. Yang pasti pemerintah membutuhkan investor swasta," ucapnya.
Saat ini kata dia, pemerintah masih akan fokus pada pembangunan dua jembatan diluar mega proyek tersebut, yaitu Jembatan Tayan Kalimantan Timur dan Jembatan Musi Tiga Sumatera Selatan yang didanai oleh pemerintah melalui pinjaman investor China.
Jembatan Tayan sepanjang 3 km ditaksir menelan dana Rp 1 trilun dan Musi Tiga sebanyak Rp 1,5-3 triliun.
"Rencananya mulai tahun depan, dua jembatan ini satu paket, pembangunannya bisa memakan waktu sampai tiga tahun," katanya. (hen/ang)