Samsung Siap Garap Proyek PLTS di Indonesia

Samsung Siap Garap Proyek PLTS di Indonesia

- detikFinance
Kamis, 19 Mei 2011 08:18 WIB
Nusa Dua - Pemerintah Indonesia dan Korea Selatan akan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berskala besar dengan kapasitas 50 MW. Korsel akan diwakuli oleh Samsung yang punya pengalaman soal PLTS di Austalia dan Kazakhstan

Demikian disampaikan oleh Amir Sambodo, selaku Staf Khusus Menteri Koordinasi Bidang Perekomonian kepada sejumlah wartawan, Nusa Dua, Bali, Rabu malam waktu setempat (18/5/2011).

"Kita membuat working group antara Samsung C&T co. dan Kementerian ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral) yang akan melibatkan PLN dan perusahaan lokal," kata Amir mengawali pembicaraannya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dirinya melanjutkan, sejauh ini masih dilihat terlebih dahulu terkait kebijakan supaya harga listrik yang diproduksi dari energi matahari tersebut bisa kompetitif dan bisa dibeli oleh PLN.

"Pada tahap pertama ini baru masuk tahap studi awal. Kita lihat kebijakannya gimana. Apa diperlukan tax insentif, dan tax lainnya, dan dimana lokasinya," tuturnya.

"Kalau mau membangun 50 MW, paling tidak itu butuh lahan seluas 80 hektar. Akan sangat bagus dipilih di lokasi yang sudah ada nasional grid (jaringan transmisi listrik nasional). Jadi biar lebih murah," tambah Amir.

Dilanjutkan olehnya, lokasi pembangunan kemungkinan akan dipilih di Madura atau Bali, dimana sinar matahari di kedua daerah tersebut cukup baik.

"Samsung punya pengalaman di Australia dan Kazakhstan, itu akan dijadikan referensi. Tetap akan lebih mahal dari konvensional (untuk pembangunannya), tapi kita untuk investai masa depan," tegasnya.

Amir memaklumi, pengembangan PLTS ini mahal dan masih berkembang. Namun, Indonesia tidak bisa bersaing dengan negara maju jika masih terus menunggu pengembangan PLTS tersebut.

"Pada umumnya, Solar Cell lebih mahal, sama seperti sekolah lah. Kalau kita mikir sekolah itu mahal, dan kita nggak akan sekolah. Padahal kalau sekolah kan nantinya bisa dapat gaji lebih bagus," kata Amir sambil memberi analogi.

"Untuk tarif listriknya, berdasarkan pengalaman mereka, bisa berkisar antara 14-20 sen dolar amerika per Kwh," tambah Amir.

Amir berharap pengembangan energi listrik dari matahari ini memiliki prospek. Karena dinilai lebih aman dan tidak ada dampak negatif bagi lingkungan.

Sebelumnya, Amir pernah menyampaikan perusahaan Korea Selatan tersebut memang berencana untuk menyiapkan dana hingga US$ 1 miliar untuk investasi ke tiga sektor di Indonesia, salah satunya adalah pengembangan energi matahari ini.

Kemudian, rencana pengembangan PLTS tersebut pun sudah diteken pada 18 Mei 2011. Ini termasuk pula dari 8 MoU (nota kesepahaman) lain yang juga diteken pada acara konferensi antara kedua negara yang dilaksanakan di Nusa Dua, Bali.

(ade/qom)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads