Rekor Baru IHSG Bakal Diselingi Koreksi Sehat

Weekly Review

Rekor Baru IHSG Bakal Diselingi Koreksi Sehat

- detikFinance
Senin, 04 Jul 2011 07:39 WIB
Jakarta - Akhir minggu lalu IHSG berada di posisi 3.927,10 atau menguat 78,54 poin (2,04%) bila dibandingkan dengan penutupan akhir minggu sebelumnya. Begitu pun dengan indeks Lq-45 yang juga tercatat naik 17,37 poin (2,55%). Dari pergerakan indeks sektoral terlihat mayoritas mengalami kenaikan, kecuali indeks DBX, dengan penguatan paling besar di alami oleh indeks aneka industri dan diikuti oleh indeks manufaktur dan indeks keuangan.

Sementara itu, dari pergerakan harga kontrak komoditas terlihat bergerak menguat kecuali harga kontrak komoditas emas dan CPO. IHSG mendapat angin segar dari sentimen global terkait keberhasilan persetujuan voting Yunani tingkat parlemen yang meminta persetujuan untuk program penghematan selama 5 tahun ke depan, pemangkasan anggaran, serta penjualan aset meskipun voting tersebut diwarnai aksi protes. Hasil dari lembaga finansial Morgan Stanley yang meng-upgrade rating bursa saham Indonesia dari underwave ke level marketwave turut berpengaruh positif.

Penguatan pada pasar saham Asia turut memberikan sentimen positif bagi IHSG seiring berkurangnya tekanan penyebaran krisis utang ke wilayah Eropa lainnya. Bursa saham Asia juga mendapat sentimen positif dari China setelah PM Jinbao menyatakan bahwa upaya pemerintahannya untuk menahan dan menstabilkan inflasi di negaranya mulai memperlihatkan keberhasilan sehingga mengurangi kekhawatiran akan pengetatan anggaran.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sentimen positif lainnya ialah penguatan saham-saham perbankan setelah keluarnya aturan modal minimum yang dinilai tidak terlalu memberatkan. Penguatan saham-saham perbankan ini setelah regulator perbankan global, Basel, mengatakan perbankan AS perlu mendorong kenaikan modalnya hingga 2,5% dan bukan 3% poin seperti yang semula dikhawatirkan. Aturan itu membuka peluang perbankan masih memiliki dana untuk membayar dividen dan membeli kembali sahamnya. Kebijakan ini direspon positif dan mempengaruhi saham-saham perbankan secara keseluruhan.

Sepekan ke depan, kami melihat pasar masih dimungkinkan bergerak menguat meski terbatas seiring imbas positif hasil voting I dan II parlemen Yunani yang meloloskan rencana berbagai program penghematan dengan tujuan agar dana bail-out dapat dicairkan. Akan tetapi, penguatan IHSG yang berhasil menyentuh level terbarunya di atas 3.900 telah membawa posisinya ke area overbought sehingga dimungkinkan bisa mengalami pelemahan atau dengan kata lain terjadi koreksi sehat dan seperti biasanya IHSG setelah menyentuh rekor terbarunya biasanya diikuti dengan adanya koreksi. Bila terjadi pelemahan, investor bisa koreksi sementara sambil menunggu momen pada saat pembalikan arah kembali.

Diperkirakan IHSG pekan depan akan bergerak pada rentang support 3.734-3.812 dan resistance 3.963-4.025. Data-data ekonomi yang nantinya akan keluar diantaranya Retail Sales bulanan Aussie; PPI bulanan Eropa; perubahan suku bunga Aussie; penjualan ritel bulanan Eropa; indeks factory orders bulanan AS; perubahan suku bunga acuan Eropa; ADP nonfarm employment, initial jobless claims, dan consumer credit AS.

Obligasi

Berdasarkan perhitungan indeks obligasi Pemerintah yang dilakukan oleh IBPA atau dikenal dengan nama IBPA-Indonesian Government Bond Index tercatat indeks IBPA-IGBI Clean Price pada akhir minggu kemarin sebesar 118,98 atau turun 0,83 bps dibandingkan dengan minggu sebelumnya. Sementara bila menggunakan IBPA-IGBI Gross Price tercatat sebesar 121,82 atau naik 17,39 bps dari minggu sebelumnya. Pada indeks IBPA-IGBI Total Return juga tercatat naik sebesar 16,31 bps dari minggu lalu menjadi 142,22. Sementara pergerakan yield dari obligasi Pemerintah tercatat mengalami penurunan. Pada yield IGBI-Effective tercatat sebesar 7,55% atau turun 0,91 bps. Sementara pada yield IGBI-Gross Yield tercatat naik 0,50 bps dari minggu sebelumnya menjadi 8%. Kurva yield (yield curve) dari indeks obligasi Pemerintah bergerak mix dimana rata-rata yield pada tenor jangka pendek (1-4 tahun) bergerak turun 6,29 bps, tenor jangka menengah (5-7 tahun) bergerak naik 3 bps, dan pada tenor jangka panjang (8-30 tahun) bergerak naik 2,98 bps.

Penurunan yield terbesar pada tenor 2 yang turun 11,54 bps. Sementara kenaikan tertinggi pada tenor 8 yang naik 6,14 bps. Pergerakan yield U.S Treasury pada tenor 1 tahun, 3 tahun, dan 10 tahun mengalami kenaikan. Tenor 1 tahun naik 4 bps di level 0,2%. Tenor 3 tahun naik 28 bps di level 0,85%. Sementara tenor 10 tahun naik 34 bps menjadi 3,22%.

Pergerakan harga obligasi, di awal pekan hingga pertengahan pekan mengalami penurunan seiring sikap investor yang wait and see terhadap kepastian hasil voting Yunani di tingkat parlemen. Apalagi rilis data ekonomi AS di awal pekan cukup mengecewakan terkait data personal spending dan personal income yang masing-masing turun 0,1%. Sebelumnya pasar obligasi terimbas berita negatif penurunan proyeksi pertumbuhan AS oleh The Fed dan pernyataan Presiden ECB terkait krisis utang Yunani yang bisa mengancam perbankan Eurozone. Tetapi, sentimen negatif tersebut perlahan sirna seiring keberhasilan voting I dan II di parlemen Yunani terkait rencana penghematan, pemangkasan anggaran, dan penjualan aset.

Selama sepekan, sentimen positif ini dimungkinkan membuat perdagangan obligasi marak. Bila sebelumnya tenor jangka pendek mendominasi perdagangan, kali dimungkinkan tenor jangka panjang kembali menjadi pilihan investasi. Inflasi yang dinilai rendah menumbuhkan minat investor untuk masuk ke pasar obligasi. Investor secara perlahan kemungkinan akan kembali masuk ke obligasi jangka panjang namun, terbatas karena masih adanya kekhawatiran akan pelemahan ekonomi AS. Pada obligasi korporasi, dimungkinkan obligasi ber time to maturity (TTM) panjang juga ikut menjadi pilihan pada perdagangan sepekan ke depan.

FR0055 yang ditransaksikan pada harga 102,16% pada minggu sebelumnya bergerak naik menjadi 102,47%. Sementara yield-nya mengalami penurunan dari 6,87% menjadi 6,80%. Di sisi lain, pergerakan harga FR0054 yang jatuh tempo pada tahun 2031 mengalami penurunan harga dari 108,25% pada minggu sebelumnya menjadi 108,24% dan yield-nya bergerak naik tipis dari 8,627% menjadi 8,628%.

Total kepemilikan asing di Surat Berharga Negara (SBN) mengalami kenaikan tipis. Dari data SBN yang dimiliki DJPU tercatat kepemilikan asing per tanggal 30 Juni 2011 tercatat sebesar Rp 234,99 triliun atau naik Rp 750 miliar dari periode sebelumnya. Bila dibandingkan dengan data sebelumnya, tercatat kepemilikan asing pada SBN mengalami penurunan sebesar Rp 3,55 triliun menjadi Rp 234,24 triliun. Sedangkan kepemilikan SBN pada Bank naik Rp 640 miliar menjadi Rp 226,54 triliun. Sementara itu, kepemilikan SBN pada Bank Indonesia turun Rp 1,39 triliun menjadi Rp 3,12 triliun; Reksa Dana turun Rp 660 miliar menjadi Rp 48,76 triliun; Perusahaan Asuransi turun Rp 60 miliar menjadi Rp 93,42 triliun; Dana Pensiun turun Rp 230 miliar menjadi Rp 36,69 triliun; Perusahaan Sekuritas tetap sebesar Rp 70 miliar; dan lainnya turun Rp 80 miliar menjadi Rp 47,44 triliun.

(qom/qom)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads