"Jika Bank Indonesia bilang dan khawatir terjadi bubble ekonomi di sektor otomotif apa ada dasarnya? Kan tidak jelas, memang ada kenaikan permintaan dan penjualan di sektor mobil dan motor tapi itu adalah hal biasa dan tidak ada yang signifikan," ungkap Ketua APPI Wiwiek Kurnia ketika berbincang dengan detikFinance di Jakarta, Senin (25/7/2011).
Dijelaskan Wiwiek, jika dilihat dari segi rasio kredit bermasalah alias NPL pembiayaan motor dan mobil masih sangat rendah. Bahkan, sambung Wiwiek terjadi penurunan dibandingkan bulan sebelumnya. "NPL saja turun dari 1,6% menjadi 1,3% per Mei 2011 kemarin jadi dilihat dulu dari mana cara pandang BI," tegas Wiwiek.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tidak ada permintaan yang signifikan, dan saya kira normal pembiayaan yang meningkat 15%-20% karena ini sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita masyarakat yang kian naik," kata Wiwiek.
Menurutnya, perusahaan pembiayaan menargetkan penjualan motor di 2011 mencapai 8,25 juta sedangkan mobil mencapai 830.000 unit. "Saat ini kira-kira sudah sesuai target penjualan di semester I-2011 dimana mencapai 45-59% dari target keduanya," tuturnya
Wiwiek mengharapkan Bank Indonesia dapat memaparkan lebih jauh dan memberikan indikator bagaimana melihat proyeksi bubble di sektor otomotif. Dengan data akurat, Wiwiek mengatakan industri pasti akan mewaspadai jika memang benar berpotensi bubble.
Seperti diketahui BI memang mewanti-wanti terjadinya bubble (gelembung) di sektor otomotif dan properti. Bank sentral melihat pertumbuhan industri otomotif yang kian besar berpotensi terjadi gelembung ekonomi yang sewaktu-waktu bisa pecah.
(dru/qom)











































