Demikian disampaikan Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Pri Agung Rakhmanto kepada detikFinance, Rabu (27/7/2011).
"Itu hanya bersifat kampanye dan menunjukkan seolah pemerintah berbuat sesuatu dalam rangka merespons gejolak harga minyak," tanggapnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Apalagi jika dikaitkan dengan pengurangan beban subsidi di anggaran negara. Bagaimana orang akan berhemat untuk BBM bersubsidi jika harganya tetap dipertahankan rendah (Rp 4.500/liter) dan transportasi tidak memadai?" cetusnya.
Bahkan, menurut Pri Agus, Inpres tersebut dinilai tidak kredibel. Karena, justru yang dilakukan pemerintah malah menambah kuota volume BBM bersubsidi.
"Alokasi anggaran subsidi energi di APBNP itu hingga Rp 45 triliun lebih. Itu artinya jelas bukan penghematan," serunya.
Pemerintah kembali mencanangkan gerakan hemat energi dan air. Ditargetkan dari gerakan ini akan menghemat anggaran negara hingga triliunan rupiah.
Misalnya pemerintah menargetkann bisa hemat 27% untuk belanja listrik atau sekitar Rp 2,5 triliun per tahun.
Khusus untuk listrik pemerintah targetkan penghematan sebesar 27% dari sebelumnya 10-25%. Sementara untuk BBM, pemerintah menargetkan penghematan hingga 10%.
(nrs/dnl)