Demikian disampaikan Presiden Direktur PT Ephindo Sammy Hamzah ketika ditemui di kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (1/8/2011).
"Kita produksi 1,5 MW tahun ini sekarang progresnya sedang on track," katanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Untuk pembangkitnya (pembangkit listrik) saya sudah pesan, pembangkitnya sudah di China, itu buatan GE dari Austria. Saya sudah dapat 'green light' dari pemerintah bahwa saya boleh jual listrik. Nanti kita bentuk badan usahanya," ujar Sammy.
Katanya, untuk dapat menghasilkan listrik dari gas batubara di wilayah yang dikelolanya dibutuhkan waktu 3-4 bulan ke depan.
Β
"Kita lagi berusaha untuk minta izin penjualan listriknya. Kita sebagai PSC (Product Sharing Contract) tidak boleh jual listrik, kami minta diizinkan karena secara alamnya gas pilotnya itu tidak mungkin bisa dijual dalam jangka panjang. Makanya pembeli gas enggan untuk membeli gas 2-3 tahun investasi di pembangkit listrik yang seharusnya 10 tahun," rincinya.
Maka itu, lanjutnya, pihaknya sedang mengusulkan kepada pemerintah untuk diizinkan menjual listrik secara langsung.
"Jadi investasi di pembangkitnya biar kita lakukan, nanti PLN tinggal ambil listrik saja. Sehingga tidak ada konflik bagi investor baru atau PLN untuk investasi jangka panjang, itu yang sedang kita usulkan," harapnya.
Rencananya, harga listrik yang dijual berada sedikit di atas harga basis. Harga basis di wilayah Kalimantan Timur berkisar Rp 675/kWh, sehingga harga yang dijual berkisar pada Rp 900/kWh-Rp 1.000/kWh.
"Kemarin sempat ada wacana dengan PLN. Untuk itu rencananya listrik dijual sesuai Permen 32, kalau tidak salah tahun 2009, mengenai excess power. Jadi penjualan listrik untuk jangka pendek, yang istilahnya listrik lebih," tambah Sammy.
(nrs/dnl)











































