Investor Asing Makin Doyan Beli ORI

Investor Asing Makin Doyan Beli ORI

- detikFinance
Rabu, 03 Agu 2011 11:37 WIB
Jakarta - Investor asing terus merangsek masuk dan menempatkan dananya pada surat utang negara. Ini terlihat dalam porsi kepemilikan obligasi ritel Indonesia (ORI), dimana porsi asing di bulan Agustus 2010 hanya 5,71% kemudian melonjak hingga 18%.

Demikian disampaikan Direktur Surat Utang Negara DJPU Kementerian Keuangan Bimantara Widyajala di kantornya, Lapangan Banteng, Jakarta, Rabu (3/8/2011).

Berdasarkan data DJPU, ORI 1 hingga 7 terus mencatat peningkatan perdagangan di pasar skunder. Dimana porsi kepemilikan asing hingga awal Agustus 2011 mencapai 18%, dan mencapai posisi tertinggi di bulan Juli 2011, 21,65%.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Memang kepemilikan ORI masih didominasi oleh investor ritel, dimana per Agustus 2011 mencapai 42% dari total outstanding yang diperdagangkan di pasar skunder. Di susul kemudian kepemilkan melalui reksa dana,19%.

Namun dibandingkan (YoY) posisi Agustus 2010, kepemilikan ORI oleh investor ritel mencapai 47,44%. Artinya banyak investor ritel yang melepas ORI karena telah mendapat capital gain (keuntungan).

"Mereka (asing) masuk ke semua. Bisa dilihat dari SUN reguler juga banyak masuk. Sukri juga banyak. Di satu sisi dengan meningkatnya asing akan naikkan perdagangan di pasar skunder. Jadi hidup kan. Capital gain juga oke," ungkap Bimantara.

Menurutnya, aktivitas perdagangan rata-rata harian ORI di pasar skunder saat ini mencapai Rp 300 miliar. Posisi tertinggi perdagangan harian ORI terjadi di bulan Juli sebesar Rp 427 miliar.

"Itu Rp 300 miliar di rata-rata. Kalau posisi kemarin Rp 262 miliar. Kalau posisi Desember Rp 427 miliar," jelas Bimantara.

Ia menambahkan, total surat utang ritel yang dikelola pemerintah hingga kini mencapai Rp 72,5 triliun. Angka ini terdiri dari ORI dan Sukuk. Nilai Rp 72,5 triliun tersebut telah meningkat tiga kali lipat dalam lima tahun terakhir.

"Namun rasio (ORI) terhadap total surat berharga negara masih sangat kecil, sekitar 7,48%," paparnya.

(wep/ang)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads