"Produksi kita first half bisa naik 20% untuk sawit. Untuk karet bisa naik 2%," jelas Presiden Direktur UNSP Ambono Januriato di Restoran Sammara, Jalan Kebon Sirih Raya, Jakarta, Kamis (18/8/2011) malam.
Ambono menerangkan, produksi CPO perseroan memang mengalami peningkatan. Hingga bulan Juli saja, produksi CPO UNSP telah mencapai 200 ribu ton, dari target 2010, 320 ribu ton.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski harga-harga komoditi dalam dua pekan terakhir mengalami koreksi, hal ini tidak menjadi kekhawatiran Ambono. Perseroan masih menikmati harga cukup kompetitif, dengan rata-rata US$ 900 per ton CPO.
"Dua minggu lalu ada pelemahan, dan sekarang sudah lebih baik. Dengan prediksi World Bank CPO bisa sampai US$ 750 (per ton) , bagusnya harga menjadi lebih sustainable. Setidaknya tidak menekan inflasi," tuturnya.
Terkait pengembangan food estate (lumbung pangan) di Kalimantan yang menjadi progam Kementerian Pertanian sebelumnya, Merauke Integrated Food and Energy Estate (MIFEE), menurut Ambono, pemerintah harus berani dalam membuka lahan-lahan gambut.
"Kalimantan itu luas, tapi kita harus berani berhadapan dengan LSM-LSM yang menentang hal tersebut. Kalau BSP, basisnya adalah tanaman keras, bukan tanaman musiman. Kalau tebu mungkin masuk, tapi kan nggak bisa langsung. Tebu itu unik ada perbedaan suhu udara siang dan malam, kering dan basah yang cukup ekstrem," imbuh Ambono.
(wep/qom)











































