Demikian hal itu diungkapkan Vikram Nehru, Kepala Ekonom World Bank untuk Asia Pasifik dalam acara diskusi The Premiere Business Leadeship Series, Marina Bay Sands, Singapura, Selasa (23/8/2011).
"Melambatnya pertumbuhan ekonomi global sekitar 0,1% akan berimbas kepada ekonomi Asia yang diprediksi akan melambat sampai 0,5%," katanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, negara-negara maju memiliki kesempatan untuk berkembang lebih besar lagi pasca negara-negara maju ditinggalkan oleh investor. Tingginya permintaan akan komoditas di negara berkembang membuatnya bisa tumbuh secara signifikan.
"Negara emerging market (berkembang) akan tumbuh pesat, dengan demikian gap (jurang) antara negara maju dan berkembang akan berubah sama sekali," katanya.
Sebelumnya, Lembaga pemeringkat internasional Standard & Poor's (S&P) sudah menurunkan peringkat utang luar negeri AS menjadi AA+ dari sebelumnya AAA. Peringkat AS tersebut diturunkan karena situasi politik yang tak menentu, beban AS terhadap utang-utangnya yang meningkat serta outlook yang negatif.
Selain itu, masalah utang di Eropa juga masih belum menemukan jalan keluar hingga saat ini meski negara-negara G7 sudah melakukan pertemuan untuk mengambil langkah penyelesaian. Situasi yang penuh risiko ini memuat investor ketakutan bahwa dunia akan kembali masuk ke masa resesi.
Salah satu imbasnya adalah aksi jual masif yang terjadi di pasar modal di seluruh dunia pada satu pekan ke belakang. Investor juga ramai-ramai mengalihkan portofolionya ke instrumen investasi yang lebih aman, salah satunya emas.
(ang/qom)











































