Menteri Perindustrian MS Hidayat mengaku mendapat informasi bahwa Country Director RIM mencari kontak dirinya untuk meminta bertemu. Ia yakin langkah itu sebagai bagian dari proses negosiasi lanjutan dari RIM terhadap pemerintah Indonesia yang selama ini tak berjalan 'mulus'.
Menurut Hidayat, meski RIM sudah memutuskan untuk membangun pabrik di Malaysia, namun itu RIM belum pasti akan merealisasikannya. Keyakinan Hidayat, berdasarkan bahwa pasar BlackBerry terbesar di dunia saat ini adalah di Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hidayat masih sangat yakin Indonesia masih berpeluang, RIM bisa mengalihkan investasinya ke Indonesia. Apalagi adanya wacana bahwa produk BlackBerry akan dikenakan pajak penjualan barang mewah (PPn BM).
"Selama ini negosiasi belum, masih ada peluang kalau memenuhi syarat masing-masing pihak, maka akan ada titik temu," katanya.
Ia menegaskan pemikirannya bersama Kepala BKPM Gita Wirjawan bahwa semua produk yang sasaran market-nya di Indonesia dalam jumlah signifikan, tapi produksinya tak di Indonesia maka harus ada pendekatan khusus. Para produsen tersebut harus mendapat disinsentif dengan pendekatan fiskal termasuk adanya usulan pengenaan PPn BM bagi produk mereka misalnya terhadap BlackBerry impor.
"Itu salah satu yang terpikir dari kami, tapi itu yang memutuskan kementerian keuangan, instrumennya belum ketemu," katanya.
Sebelumnya, Kepala BKPM Gita Wiryawan mengaku kecewa karena RIM justru membangun pabriknya di Malaysia. Untuk itu, dirinya meminta pemerintah untuk menyikapi hal tersebut, salah satunya dengan pemberlakuan disinsentif seperti tarif perpajakan.
"Blackberry akan dilakukan penjualan sekitar 4 juta unit tahun depan, itu rata-rata 300 dollar perunit, sedangkan di Malaysia mereka tidak akan bisa jual lebih dari 400 ribu unit itu per sepuluhnya," ujarnya saat ditemui di Kantor Kemenko Perekonomian, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta, Rabu (7/9/2011).
(hen/qom)