Dirjen Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan Rahmat Waluyanto mengatakan, berdasarkan pertemuannya dengan dewan dari 3 lembaga pemeringkat yakni Fitch Ratings, Moody's dan Standard & Poor's, semuanya masih memberikan 'nada positif' untuk Indonesia.
"Saya bertemu dengan beberapa pelaku pasar SUN (Surat Utang Negara) dan bertemu dengan board dari 3 lembaga pemeringkat (Fitch, Moody's, S&P). Mereka masih mempunyai 'positive tone' terhadap Indonesia. Tidak ada yang fundamental, hanya dinamika pasar," ujar Rahmat kepada detikFinance, Selasa (27/9/2011).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Artinya, sebagian investor melakukan portofolio rebalancing," imbuhnya.
Rahmat menjelaskan, faktor yang memicu sentimen pasar saat ini ada 2 yakni likuiditas pasar dan nilai tukar rupiah. Ia menjelaskan, operasi pasar yang dilakukan Bank Indonesia dan kementerian keuangan sudah membantu masalah likuiditas. Sementara nilai tukar rupiah juga bisa terjaga berkat cadangan devisa Indonesia yang cukup besar.
Ia meyakini investor asing akan menghitung ulang untuk pelepasan SUN dalam jumlah besar karena volatilitas pasar tidak akan berlangsung selamanya.
"Asing akan berhitung untuk melepas SUN dalam jumlah besar karena menyadari volatilitas akan berakhir suatu saat dan akan sulit mendapatkan kembali SUN," tambahnya.
Sebelumnya, ketika terjadi kejatuhan pasar saham pada Kamis, 22 September lalu, pasar finansial Indonesia cukup bergejolak. IHSG sempat terpuruk hingga 8%, sementara harga Surat Utang Negara (SUN) terkoreksi 200 basis poin (bps) dan kepemilikan asing turun sekitar 2%.
(qom/dnl)











































