"Sesuai kontrak, harusnya selesai pada 16 Agustus 2011. Tapi sampai sekarang, progres kita, fisik baru 90,2 persen," kata M Dahlan Djamaluddin, Manajer Unit Pelaksana Konstruksi Pembangkit dan Jaringan PLN Nusa Tenggara II di Mataram, Jumat (30/9/2011).
Ia menjelaskan, kekurangan material menjadi penyebab utama molornya proyek. Material-material yang kurang itu umumnya harus diimpor kontraktor proyek dari China.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ketika alat serupa datang di Surabaya dari China, ketika dalam proses bongkar muat di Pelabuhan di Surabaya, alatnya jatuh. Rusak lagi, sehingga harus dipesan ulang," kata Dahlan.
Generator ketiga yang dipesan juga mengalami kerusakan. Ini akibat, truk yang mengangkut generator, terguling dalam perjalanan dari Surabaya ke Mataram.
"Sekarang generator transformer yang keempat sudah di Surabaya. Barangnya sudah sampai, tapi belum bongkar muat," kata Dahlan.
Alat serupa dari China yang masih belum datang hingga kini adalah perlatan untuk kebutuhan sistem pendingin atau cooling water pump.
"Ini alatnya juga belum sampai. Kalaupun sampai nanti juga tentu tidak bisa dikirim segera, karena proses bea cukai dan administrasi lainnya," katanya.
Peralatan impor lain yang mengalami kerusakan adalah boiler. Tungku pemanas ini juga rusak saat ujicoba. Saat diberi tekanan 250 bar, material gaskets boiler bocor di beberapa titik.
"Kita sudah minta kontraktor untuk mengganti material gaskets dengan bahan lokal saja, tidak perlu harus nunggu dari China. Kita minta dikirim via pesawat, namun masih delay juga sampai sekarang," kata Dahlan.
Molornya proyek menyebabkan PLTU Jeranjang 1 x 25 MW akhirnya tidak bisa diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Tadinya proyek ini direncanakan akan diresmikan Presiden SBY berbarengan dengan Bandara Internasional Lombok yang mulai beroperasi 1 Oktober 2011.
(qom/qom)











































