Menurut Direktur Utama Kimia Farma Sjamsul Arifin, sebagian produksi obat Kimia Farma akan dialihkan kepada sesama saudara BUMN tersebut. Dengan demikian utilisasi produksi Indofarma akan meningkat signifikan.
"Indofarma kan utilisasi sekarang baru 40%. Kalau bisa 80% dengan penambahan kapasitas," jelasnya saat dihubungi wartawan di Jakarta, Jumat (30/9/2011).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perseroan memang telah memastikan diri untuk mengambil saham milik pemerintah di Indofarma. Dalam memenuhi dananya, KAEF siap menerbitkan saham baru (rights issue) di awal 2012.
Namun harga akuisisi belum diketahui, karena masih melakukan negosiasi dengan pemegang saham, dalam hal ini pemerintah yang diwakili oleh Kementerian BUMN. "Yang diambil saham publik dan pemerintah. Untuk saham itu (pemerintah) diambil seluruhnya," imbuhnya.
Ia yakin, pasca akuisisi kinerja Indofarma akan membaik. "Dengan menghasilkan produk, maka pendapatan Indofarma bagus. Asumsi kita, pasar existing outside Indonesia. Jadi kinerja bagus. Paska akuisisi, paling tidak (Indofarma) cost turun. Karena ada utilisasi pabrik," pungkas Sjamsul.
Kinerja Masih Merah
PT Indofarma Tbk (INAF) mencatat rugi bersih Rp 23,329 miliar di semester I-2011, meski sebentar lagi perseroan akan diakusisi oleh sesama BUMN Farmasi, PT Kimia Farma Tbk (KAEF). Kinerja ini sudah lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun lalu, Rp 41,37 miliar.
Menurut laporan keuangan INAF yang dipublikasikan di Jakarta, Jumat (30/9/2011), akumulasi rugi bersih disebabkan oleh tingginya beban usaha, hingga tidak mampu menjaga kinerja perseroan tetap positif.
Penjualan bersih perseroan memang mencatatkan kenaikan penjualan RP 79,4 miliar dari Rp 244,48 miliar di semester I-2010 menjadi Rp 323,85 miliar. Beban pokok yang mencapai Rp 209,39 miliar membawa laba kotor BUMN farmasi ini berada di level Rp 114,46 miliar. Laba ini naik 32,18% dari sebelumnya, Rp 86,59 miliar.
Namun beban usaha naik signifikan menjadi Rp 131,49 miliar atau melebihi raihan laba kotor INAF. Tentu saja ini membawa kinerja yang buruk bagi perseoan dengan mencatatkan rugi usaha Rp 17,02 miliar. Rugi usaha sedikit membagik dari periode lalu RP 37,18 miliar.
Rugi sebelum pajak pun semakin besar, mencapai Rp 29,69 miliar. Rugi per saham pun berada di posisi Rp 7,53 per lembar dari posisi tahun lalu Rp 13,35 miliar.
INAF juga mencatat total aset Rp 764,154 miliar hingga Juni 2011. Angka ini naik tipis dari posisi akhir tahun lalu, Rp 733,95 miliar. Sementara total utang perseroan di semester I-2011 mencapai Rp 476,234 miliar, naik dari posisi akhir 2010 Rp 422,68 miliar.
(wep/ang)











































