"Saya sudah putuskan bahwa saya tandatangani pagi tadi. Ini keputusan tentang persetujuan pengiriman gas bumi dari lapangan Gajah baru ke Singapura dan penggantinya gas dari Sumatera untuk ke Jawa Barat (bagi PLN). Jadi ini yang disebut swap gas, ini adalah tukas suplai gas yang untuk ke Singapura dan ke Jawa Barat," kata Menteri ESDM Jero Wacik dalam siaran persnya, Rabu (26/10/2011).
Pelaksanaan swap gas ini sudah lama ditunggu-tunggu banyak pihak, berdasarkan kontrak antara Premier yang mengelola lapangan Gajah Baru yang seharusnya mengirimkan gas kepada Singapura 1 Oktober 2011. Jika proses swap gas tidak dilakukan maka sesuai kontrak yang ada, pemerintah Indonesia bisa didenda US$ 560 ribu per hari atau setara dengan Rp 5 miliar per hari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Belum lagi, lanjutnya, PLN menjadi terlambat menerima pasokan gas 40 mmscfd akibat terlambatnya proses swap gas. "Makanya ini harus diambil keputusan," tegasnya.
Seperti diketahui, terdapat kontrak gas dari Sumatera di lapangan Gajah Baru yang dikelola Premier sebanyak 100 mmcfd ke Singapura. Namun pihak Premier sendiri harus memproduksi lapangan yang dikelolanya sebanyak 140 mmcfd agar lebih ekonomis. Mengingat lapangan yang dikelolanya memproduksi gas sebesar itu.
Maka itu, sebanyak 40 mmscfd disepakati untuk dipasok ke dalam negeri bagi PLN di wilayah Batam. Namun karena infrastruktur PLN untuk menyerap gas tersebut tidak memadai, gas 40 mmscfd yang tersisa dihasilkan Premier di Gajah Baru terpaksa ditahan.
Maka itu dilakukan proses swap gas. 140 mmcfd dari Gajah Baru tetap dipasok ke Singapura seluruhnya. Sedangkan ada lapanga gas yang berlokasi di Sumatera dan dikelola ConocoPhilips memiliki kontrak ekspor gas kepada Singapura berkisar 300 mmscfd.
Sehingga, melalui proses swap gas, gas yang diekspor ConocoPhilips ke Singapura dipotong 40 mmscfd dan itulah yang dipasok ke PLN ke Jawa Barat, untuk PLTU Muara Tawar.
(nrs/hen)