"Kita, sebagai bank sentral juga menjadi korban dari kesuksesan kami sendiri. Dalam refleksi, keberhasilan kami dalam menjinakkan inflasi mendorong kami untuk percaya bahwa kita mengalami inflasi yang dipelihara untuk pertumbuhan yang berkelanjutan," ungkap Gubernur BI Darmin Nasution disela seminar yang mengangkat tema "Dealing with the Challanges of Macro Financial Linkage in Emerging Market" di Hotel Nikko, Bali, Kamis (1/12/2011).
"Ada sebuah kebenaran pahit, yakni ketidakseimbangan keuangan global mengakibatkan para investor mencari negara dengan inflasi yang rendah dan stabil. Ini juga memicu optimisme lebih besar dari pelaku ekonomi dan investor dalam pencarian imbal hasil (yield) dan justru banyak menjadi pengambil risiko berlebihan," imbuh Mantan Dirjen Pajak ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebetulnya susah karena bagaimanapun juga dengan capital inflow yang ada menunjukkan dia itu volumenya besar sehingga emerging market tidak mudah meredam dan mengabsorb gejolak yang ada," ungkapnya.
Lebih jauh Darmin mengatakan, bank sentral terus melakukan inovasi guna meredam tingginya arus modal masuk. Hal ini dilakukan untuk tetap menjaga rupiah stabil.
"Kita juga menginovasi cara mengintervensi. Sekarang kita konsisten mengintervensi di pasar valas sekaligus pasar SUN, itu sendiri banyak dampaknya," jelasnya.
"Nah yang belum yaitu lelang dengan valas sekaligus beli SUN. Itu tidak harus dilakukan anytime tapi pada saat diperlukan saja," tandasnya.
(dru/ang)











































