"Revenue kita tahun depan Rp 8 triliun. Tahun ini kita bisa mencapai Rp 6 triliun," kata Komisaris Independen Ti-phone, Widya Purnama, di Hotel Shangri-la, Jakarta, Kamis (15/12/2011).
Ia menambahkan, pertumbuhan industri selular dan pasar telekomunikasi Indonesia sangat tinggi. Dengan rata-rata penambahan 40 juta pelanggan baru tiap tahunnya, merupakan potensi bagi perseroan pada penjualan handset atau jaringan distribusi voucher.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Laba bersih pun ditargetkan meningkat dari Rp 170 miliar proyeksi 2011, menjadi Rp 220 miliar tahun depan. "Sales kita sampai dengan September sudah mencapai Rp 130 miliar. Kami yakin akan tercapai Rp 170 miliar," tegas Widya.
Perseroan setelah mengakuisi dua perusahaan distributor Telkomsel (PT Telesindo Shop) dan XL (PT Excel Utama Indonesia), berencana memperlebar kluster-kluster lain di seluruh Indonesia. Dari 125 ribu jaringan yang mereka miliki, Ti-phone menargetkan tahun depan akan menjadi 250 ribu jaringan.
"Pengelolaan dan pengembangan kluster yang kita kelola, melalui Telesindo Shop akan kita luaskan. Akan ada akuisisi lagi perusahaan distributor voucher. Jadi kebutuhan dana Waran untuk modal di kemudian hari," ucap Widya.
Perseroan hari ini menawarkan saham perdana (Initial Public Offering) pada kisaran Rp 250-350 per lembar. Dengan 2,67 miliar lembar yang disediakan, dana maksimum yang akan diraih mencapai Rp 900 miliar.
Saham IPO yang ditawarkan setara 40,08% dari total modal ditempatkan dan disetor penuh. Nilai nominal saham sebesar Rp 100 per lembar. Hasil IPO, sekitar 40% adigunakan untuk melunasi utang anak usaha (TS) kepada Bank DBS Indonesia. Kemudian 28% sebagai dana pelunasan usaha perseroan. Sisanya, 32% sebagai belanja modal.
(wep/hen)











































