Produsen Baja Lokal Banting Harga

Produsen Baja Lokal Banting Harga

- detikFinance
Rabu, 21 Des 2011 15:24 WIB
Produsen Baja Lokal Banting Harga
Jakarta - Produsen-produsen baja dunia seperti China, Korea dan AS membanting harga jual produk mereka karena melemahnya permintaan pasar global akibat krisis Eropa.

Mereka memangkas margin atau keuntungan karena produksi mereka banyak yang tak terlempar ke pasar. Hal ini juga diikuti oleh produsen baja lokal agar tetap bisa bersaing.

Komisaris Utama PT Saranacentral Bajatama mengatakan, sebagai produsen baja hilir seperti baja lapis seng (BjLS) atau Galvanized dan Baja lapis Alumunium Seng (BjLAS) atau Saranalume, pihaknya harus bersaing ketat dengan baja impor yang deras masuk ke pasar dalam negeri. Harga baja impor dipatok lebih rendah dari yang ditawarkan Saranacentral.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pesaing kami datang dari impor. Mereka sudah produksi sudah besar, 2 juta ton. Otomatis direct cost (pengeluaran) mereka jauh lebih rendah," kata Komisaris Utama PT Saranacentral Bajatama Ibnu Susanto di Jakarta, Rabu (21/12/2011)

Ia menuturkan negara-negara konsumen baja dunia saat ini sedang lesu seperti AS, Eropa, China, Jepang, Korea, Taiwan. Sehingga dengan sudah terlanjur produksi massal maka salah satu caranya adalah mencari pasar alternatif.

Sehingga Marjin keuntungan yang biasa didapat perseroan pun terpaksa terpangkas dari 20% menjadi 10%. Paling tidak harganya disetarakan dengan harga baja hilir impor.

"Mereka tekan harga. Terpaksa kami harus ikut agar bisa survive. Yang ideal marjin 20%, kita turunkan. Maka itu kita perlu dukungan dari pemerintah. Untuk insentif, agak sulit karena pemerintah juga mempunyai keterbatasan. Kalau di China, produsen, pemerintah dalam satu perahu. Jadi kalau ada perubahan, mereka cepat," imbuh Ibnu.

Sebelumnya Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengatakan Indonesia merupakan pasar yang sangat menarik bagi negara-negara produsen dunia seperti China dan India. Krisis Eropa dan belum pulihnya ekonomi AS akan menjadikan Indonesia sebagai pasar yang menggiurkan.

Ia mengatakan hal ini tidak terlepas dari penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia yang terpangkas 0,7% di tahun depan. Menurut Gita dari geliat ekonomi dunia yang mencapai US$ 70 triliun, dari jumlah itu sebesar US$ 490 milliar terjadi penurunan.

Dengan demikian, kemampuan China yang mampu meraih ekspor per tahun US$ 3-4 triliun maka sudah pasti ada pengalihan pasar baru. Hal ini karena mereka tal lagi bisa mengirim produk-produk ke negara-negara yang selama ini menampung produk China seperti AS maupun Eropa.

(wep/hen)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads