"Subsidi energi di 2011 memang di luar batas kewajaran, bayangkan pada tahun tersebut subsidi BBM melonjak dua kali lipat yakni mencapai Rp 250 triliun!" kata Anggito di kantor Freedom Institute, Jalan Proklamasi, Jakarta, Jumat (13/1/2012).
Kenaikan subsidi energi ini, kata Anggito, penyebab utamanya bukan karena kenaikan harga minyak mentah dunia, tetapi lebih dikarenakan buruknya pengelolaan energi yang dilakukan pemerintah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan kata Anggito, selama pemerintahan SBY proyeksi konservatif pengeluaran subsidi energi mencapai Rp 700 triliun.
"Di 2011 pemerintah menargetkan penghematan premium sebesar 3,2 juta kiloliter (KL) atau setara Rp 5,84 triliun, namun ternyata realisasinya BBM 2011 justru mencapai 41,7 juta KL atau mencapai 103% dari kuota APBN-P 2011," ungkapnya. Realisasi ini terdiri atas 25,5 juta KL premium, 14,5 juta KL solar, dan 1,69 juta KL minyak tanah.
Kalau saja pemerintah menaati amanat APBN 2011 dengan menaikan harga BBM subsidi secara bertahap jika harga minyak dunia naik 10%, maka subsidi BBM bisa ditekan.
"Kondisinya tidak akan seperti ini, ujung-ujungnya masyarakat yang dipaksa menggunakan pertamax yang kenaikan dari Rp 4.500/liter untuk premium menjadi Rp 8.300/liter untuk pertamax," tandasnya.
(dnl/dnl)