Menurut Direktur Utama Laguna Cipta Alwi Bagir Mulachela, bisnis migas dianggap prospektif ke depan. Hingga manajemen bersama pemegang saham LCGP memutuskan untuk banting setir dari bisnis properti.
"Kami sudah MoU dengan mitra satu minggu lalu dengan partner dari AS. Mereka sudah memiliki field (ladang minyak) di Sumut dan telah berproduksi 1.000 barel per hari," tutur Bagir di Jakarta, Kamis (26/1/2012).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mereka adalah Group Saga asal AS. Mereka juga punya field (lapangan migas) di sana, meski produksinya kecil. Setelah ini, akan lebih banyak lagi sumur yang akan dibangun pada tempat yang sama," tegas Bagir.
Dalam pengembangan sumur baru, perseroan bersama Group Saga siap menggelontorkan dana US$ 45 juta. Pengembangan siap dilakukan setelah LCGP resmi berganti bisnis menjadi migas.
"Bisnis oil and gas baik dengan harga rata-rata di atas US$ 100 per barel," ucapnya.
Lalu bagaimana dengan aset properti perseroan, yang selama ini digarap? Bagir mengaku memindahkan aset tersebut ke perusahaan baru, yang akan dibentuk kemudian.
"Seluruhnya akan dijual, nanti akan ada perusahaan baru dan saya akan partisipasi di dalamnya. Karena saya kan pengalamannya di properti. Kalau di migas, saya hanya akan menjadi Direktur nantinya," imbuhnya.
Saham perseroan tergolong tidak likuid di pasar. Saham perseroan kini berada di level Rp 83 per lembar, dan nyaris tidak ada pergerakan hari ini. Bahkan di awal 2012 saham perseroan hanya seharga Rp 60 per lembar.
(wep/dnl)











































