Sri Mulyani Kenang Kepergian Widjojo Nitisastro

Sri Mulyani Kenang Kepergian Widjojo Nitisastro

- detikFinance
Sabtu, 10 Mar 2012 11:57 WIB
Jakarta - Inna lillahi, Indonesia kehilangan seorang peletak fondasi ekonomi pertama. Inilah yang diucapkan pertama kali oleh Mantan Menteri Keuangan Sri Mulyani mengenang kepergian Prof. Dr. Widjojo Nitisastro.

Sri Mulyani yang saat ini menjabat sebagai Direktur Bank Dunia mengatakan, Widjojo sangat berjasa membangun perekonomian Indonesia secara sistematik dan berkelanjutan.

"Sumbangan terbesar beliau, bagamana mengembalikan Indonesia kepada situasi yang stabil dan kokoh kembali setelah mengalami kondisi kerusakan ekonomi yang sangat parah pada akhir tahun 1960-an akibat inflasi yang sangat tinggi, akibat pencetakan uang oleh bank sentral yang tidak terkendali untuk membiayai defisit APBN, defisit anggaran yang kronis dan sangat besar dan rasio utang terhadap perekonomian yang tidak sustainable sehingga Indonesia mengalami 'default', dan sektor produksi terutama pertanian yang menopang hajat hidup rakyat banyak merosot tajam," kata Sri Mulyani kepada detikFinance, Sabtu (10/3/2012).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia mengatakan, Widjojo membangun kembali perekonomian Indonesia dengan fokus pada mengembalikan sektor produksi pangan atau pertanian untk tumbuh dan mampu memenuhi kebutuuhan penduduk yang terus meningkat, dengan membangun infrastruktur pertanian dan program-program yang membantu petani mengalami kenaikan produktivitas tinggi melalui bantuan bibit, pupuk dan intensifikasi serta bimbingan teknis pertanian.

"Pak Widjojo juga berjasa untuk membuat Indonesia memanfaatkan uang 'boom' minyak pada tahun 1970-an dengan menyalurkan penerimaan minyak yang melonjak untuk memperbaiki akses dan kualitas pendidikan dasar, kesehatan dan membangun pelayanan dasar (jalan, air bersih), sehingga angka kemiskinan Indonesia menurun secara konsisten pada masa itu," kenang Sri Mulyani.

Dikisahkan Sri Mulyani, Indonesia saat zaman Widjojo menjadi salah satu (sedikit) contoh klasik di dunia sebagai negara yang mampu memanfaatkan uang minyak untuk memerangi kemiskinan sehingga terhindar dari 'resource curse' atau kutukan karena kekayaan sumber daya alam.

Banyak negara yang kaya sumber daya alam justru mengalami kerusakan ekonomi, kemiskinan melonjak, korupsi, dan bahkan terjadi peperangan karena tidak mampu mengelola dan memanfaatkan penerimaan negara dari kekayaan sumber daya alam dengan baik dan bijaksana.

"Indonesia nyaris mengalami hal tersebut kalau kita mengingat kasus 'bangkrutnya' Pertamina pada tahun akhir 1970-an atau awal 1980-an," kata Sri Mulyani.

Menurutnya Widjojo berhasil membuat Indonesia menggunakan uang minyak untuk investasi sumber daya manusia (pendidikan dasar dan kesehatan) menyebabkan banyak tenaga kerja usia muda Indonesia mampu menjadi tenaga kerja di sektor non pertanian--untuk proses industrialisasi pertama. Transformasi struktural perekonomian Indonesia dari Pelita I hingga Pelita III/IV berhasil menurunkan kemiskinan, menaikkan harapan hidup, mengurangi kematian bayi dan ibu melahirkan, dan memperbaiki akses dan tingkat pendidikan dasar menengah--dan mencapai kenaikan produksi pangan hingga menuju swasembada beras.

"Bila dilihat kondisi hari ini, dengan tantangan dunia di sektor pangan, energi, dan krisis utang negara di eropa, maka pencapaian dan sumbangan Prof. Dr. Widjojo dalam membangun ekonomi Indonesia masih sangat relevan dan bisa menjadi pelajaran berharga bagi pembangunan Indonesia hari ini dan ke depan," tandas Sri Mulyani.

Widjojo menurut Sri Mulyani merupakan contoh klasik seorang teknokrat yang bekerja sangat tekun dan detail dan lebih di belakang layar, sehingga rencana pembangunan dapat berjalan sesuai rancangannya dan berhasil mencapai tujuan.

"Kita kehilangan seorang besar yang memiliki jasa sangat penting bagi negara Indonesia. Duka cita yang mendalam dari saya," kata sri Mulyani.

Seperti diketahui, Widjojo wafat Jumat (9/3/2012) dini hari di RSCM. Pria kelahiran 23 September 1927 ini dimakamkan Taman Makam Pahlawan Kalibata.

Widjojo adalah mantan menteri yang dikenal sebagai arsitek utama perekonomian orde baru. Ia sempat diangkat sebagai Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional periode 1971-1973 dan Menko Ekuin sekaligus merangkap sebagai Ketua Bappenas pada periode 1973-1978 dan 1978-1983.

(dnl/dnl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads