Operator: Pelayanan Tol Tak Bisa Diukur dari Panjangnya Antrean

Operator: Pelayanan Tol Tak Bisa Diukur dari Panjangnya Antrean

- detikFinance
Rabu, 21 Mar 2012 14:45 WIB
Jakarta - Asosiasi Tol Indonesia menegaskan masalah panjangnya antrean di pintu tol tak bisa menjadi ukuran kualitas layanan dari operator tol. Kualitas layanan di pintu gerbang tol hanya bisa diukur dari lamanya waktu proses per transaksi.

Katua Umum Asosiasi Tol Indonesia Fatchur Rochman mengatakan standarnya sebuah transaksi manual di pintu tol hanya memakan waktu 6-10 detik. Waktu transaksi ini tak akan tetap menimbulkan antrean jika dalam waktu bersamaan terjadi puncak volume kendaraan di satu pintu tol.

"Sebenarnya pelayanan tak bisa diukur dari banyaknya antrean, tetapi berapa detik dalam satu transaksi," katanya kepada detikFinance, Rabu (21/3/2012)

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Fatchur mengilustrasikan seperti antrean tiket bioskop yang terjadi pada hari biasa dengan akhir pekan akan berbeda antreannya. Hal ini pun sama terjadi pada antrean pintu tol pada saat waktu puncak dan waktu-waktu sepi kendaraan.

"Jadi kalau soal antrean tidak bisa disalahkan pelayanannya kurang, seperti nonton bioskop kalau malam minggu ya antre panjang, apakah itu pelayan tidak cepat, kan tidak," kataya.

Ia juga menambahkan ada juga sisi konsumen atau pengguna tol yang menjadi penentu antrean tol bisa lebih cepat atau lambat. Pasalnya, saat ini masih banyak konsumen yang belum siap membayar dengan uang pas, atau harus merogoh saku lama saat sudah di depan loket pintu tol.

"Makanya sekarang orang menggunakan e-Toll, itu praktis kalau dilakukan benar, itu sebenarnya hanya 4 detik,"katanya.

Kenyataanya penggunaan e-Toll card di Indonesia masih sangat rendah. Penyebabnya, lanjut Fatchur, secara sosial orang Indonesia malas-malas dan dari sisi penyelenggara kurang sosialisasi.

"Justru e-Toll card bukan pemasaran kurang, orang kita ini hal-hal yang kayak gini malas. Seperti sopir taksi, kalau taksinya pintar lebih cepat pakai e-Toll card. Saat saya tanya kenapa? Mereka bilang merasa belum mengerti faedahnya. Menurut saya sosialisasi kurang, orang kita malas, mereka menyamakan itu uang hilang kalau beli e-Toll card," katanya.
(hen/dnl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads