Pengembang Ngaku Bangun Bisnis Mal Tak Selalu Untung

Pengembang Ngaku Bangun Bisnis Mal Tak Selalu Untung

- detikFinance
Rabu, 11 Apr 2012 09:50 WIB
Jakarta - Keberadaan mal di beberapa kota besar di Indonesia seperti Jakarta terus bertambah setiap tahun. Para pengembang dan pengelola mal mengaku berbisnis membangun mal tak sepenuhnya menguntungkan, bahkan bisa-bisa investor mal bisa rugi karena sepi pengunjung.

Lalu mengapa, keberadaan mal-mal baru selalu bermunculan? Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Stefanus Ridwan menjawab pertanyaan.

Ia menuturkan bisnis mal tak terlepas dari bisnis pengembangan bangunan properti lainnya seperti perkantoran, hotel dan apartemen. Posisi mal hanya sebagai penopang fasilitas bagi perkantoran maupun apartemen, sehingga sekarang sudah jarang dijumpai mal berdiri sendiri namun lebih banyak berada dalam kawasan superblok atau konsep mixed use.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Keuntungan mal nggak untung banget, mendingan bangun apartemen, office, kalau mal lama balik modalnya bisa 8-10 tahun. Kalau gagal bisa ancur-ancuran. Tapi kalau dikelola dengan baik, bisa menjadi pendukung, apartemen dan perkantoran," jelas Ridwan kepada detikFinance, Rabu (11/4/2012)

Bagi pengembang, membangun mal lebih mengharapkan adanya multiplier effect untuk penjualan apartemen maupun perkantoran.

"Ini yang memicu superblok, sebab kalau stand alone rugi apalagi dari pengalaman di awal-awal rugi miliaran, service charge belum banyak, bayar listrik," katanya.

Ia mengatakan saat ini memang ada beberapa mal yang kondisinya sudah nyaris bangkrut karena tak dikelola dengan baik. Sayangnya Ridwan enggan menyebutkan mal mana saja karena tidak etis.

"Hukum alam kalau tak berubah maka akan ketinggalan zaman, sama kayak mal harus dinamis merubah konsep, tren baru, kalau dulu mal hanya toko doang sekarang lifestyle, buat gym, sekarang sudah berubah, perlu yang namanya konsep-konsep baru," katanya.

Baginya dengan adanya penghentian pemberian izin sementara pembangunan mal atau moratorium hingga akhir 2012 di Jakarta bisa menjadi ajang berbenah diri bagi mal-mal lama untuk menata konsepnya. Sebelum nantinya beberapa tahun mendatang akan ada banyak mal baru berdiri dengan persaingan lebih ketat.

"Moratorium bagus, kasih waktu mal-mal lama berbenah diri, agar bisa bersaing kalau tak mau berubah akan kalah saing," jelas Ridwan.


(hen/ang)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads