Dahlan kemarin hanya sanggup meraup penjualan Rp 2,05 juta. Artinya jika satu kartu dijual Rp 50 ribu, maka e-Toll Card ini terjual sekitar 41 buah.
Pembaca detikFinance mengirimkan beberapa alasan dan keluhan terkait dengan rendahnya pemakaian kartu prabayar e-Toll Card. Sebagai pengguna e-Toll Card, rata-rata masyarakat menyampaikan keluhan mengenai susahnya melakukan pengisian ulang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut antara lain keluhan masyarakat terkait e-Toll Card Bank Mandiri dalam surat elektroniknya yang dikutip detikFinance Selasa (17/4/2012) :
Pangky Irawan
Saya cukup senang dengan program e-Toll Card, namun saya kesulitan untuk mendapatkan e-toll card versi Bank Mandiri. Ketika saya tanyakan kepada indomart jenis kartu tersebut habis. Mohon untuk infonya.
Martin Gunawan
Saya termasuk yang awal menggunakan e-Toll card pada saat pertama diluncurkan, namun saat ini tidak menggunakan lagi dengan alasan:
Kecepatan transaksi tidak beda jauh dengan cash. Apalagi kaau cash dengan uang pas. Kasih uang, bisa langsung cabut (kalau tidak butuh tiketnya). Kalau pun butuh biasanya petugas toll sudah sediakan. GTO masih jarang. Dan sampai saat ini pun belum banyak.
Jaringan e-Toll yang terlibat terbatas. Saat ini mungkin sudah meningkat, tapi setelah sekian waktu masih belum terintegrasi.
Cara top up ribet. Harus ke teller atau edc. Tidak bisa langsung di atm atau di internet banking.
Ada biaya pembuatan kartu terselubung: Rp 10.000. Jadi kalau nilai minimal harus Rp 10.000. Dengan kata lain itu biaya kartu. Padahal bank sudah menikmati terlebih dahulu uang yang sudah di top up ke kartu, dan bisa diputar. Sementara pengguna belum menggunakan. Uang di kartu pun tidak kena interest. Sekarang ada keluhan lagi. Setelah lama tidak dipakai, saat akan dipakai kena charge lagi.
Sanjaya Halim
Saya adalah pengguna e-toll card mandiri di Surabaya. Layanan ini tergolong baru di Surabaya, mungkin baru sekitar 2 bulan berjalan di Surabaya. Saya sangat menyayangkan kinerja petugas loket apabila pengguna jalan membayar menggunakan e-toll.
Ada petugas yang belum terbiasa dalam penggunaan nya, bahkan di jalur gardu tol Dupak - Waru saya pernah kena marah petugas loket tol karena posisi pengantri ramai dan petugas terlihat grogi dalam menggunakan e-toll, petugas menggesek-gesekan kartu e-toll ke mesin, digoyang-goyang, seharusnya petugas hanya perlu menempel kannya.
Saran saya di Surabaya bisa diberikan gerbang khusus pengguna e-Toll seperti yang saya lihat di gerbang tol Tangerang-Jakarta. Saya yakin dengan memberikan gerbang tol khusus e-toll ini akan merangsang pengguna e-Toll secara otomatis.
Chris Herman Gunawan
Mengapa pemakaian e-toll card rendah?
Penyebabnya adalah ketidaksiapan dari pihak Jasa Marga dan Bank Mandiri.
Pihak Jasa Marga tidak siap dari penyediaan informasi ke customer saat akan masuk gerbang e-toll card sehingga customer bingung apakah pemakaian e-toll card hanya berlaku di gerbang khusus e-toll card saja atau semua gerbang atau loket.
Belum lagi gerbang khusus e-toll card ternyata proses transaksinya lebih lama dibandingkan yg konvensional, mesin pembaca kartu sepertinya tidak berfungsi dengan baik dan cepat dimana customer harus mencoba berulang kali baru bisa serta mesin pencetak struk yang sering kehabisan kertas sehingga customer jadi menunggu untuk bukti struk.
Bank Mandiri tidak siap untuk menjual e-toll card di mana salah satu contohnya beberapa cabang Indomaret tidak memiliki stok seperti yang diinformasikan serta petugas penjual di pintu toll yang pasif menunggu bukan bertindak aktif dengan menawarkan kartu tersebut ke antrian kendaraan. Akan lebih baik bila bank mandiri membuka outlet penjualan di perkantoran dan shopping mall.
(dnl/hen)