Perusahaan ritel raksasa itu membuat pengumuman resmi setelah kemunculan sebuah artikel di New York Times. Surat kabar itu menulis, anak usaha Wal-Mart di Meksiko diduga memberi suap untuk percepatan konstruksi pembangunan toko.
Penemuan sebuah jejak kertas mengungkapkan, pembayaran suap mencapai lebih dari US$ 24 juta (Rp 220 miliar). Wal-Mart de Mexico y Centroamerica, anak usaha divisi internasional pertama Wal-Mart itu menyanggah tuduhan yang dimuat dalam artikel New York Times tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
New York Times mengutip wawancara dengan mantan eksekutif Wal-Mart Meksiko, Sergio Cicero Zapata yang mengundurkan diri pada 2004 silam. Cicero mengaku, dia membantu banyak pembayaran suap untuk pejabat lokal, termasuk menyuruh perantara untuk mengantarkan amplop penuh berisi uang.
Suap itu diberikan untuk menjamin persetujuan zonasi, pengurangan biaya dampak lingkungan dan menggalang dukungan dari para pemimpin komunitas.
“Banyak dugaan kasus yang ditulis New York Times sudah lewat dari enam tahun lalu. Jika tuduhan itu benar, itu bukanlah cerminan siapa diri kami atau apa yang kami perjuangkan. Kami sangat prihatin dengan tuduhan ini dan bekerja secara agresif untuk menentukan apa yang terjadi,” kata juru bicara Wal-Mart, David Tovar dalam pernyataan tertulis.
Dalam pengajuan Securities and Exchange Commission akhir tahun lalu, Wal-Mart sempat ditanyai apakah para karyawannya melanggar US Foreign Corrupt Practices Act (FCPA) yang melarang pemberian suap kepada pejabat internasional.
Retailer mengatakan, uang sogok mungkin dialokasikan untuk hal-hal seperti perolehan izin, lisensi dan inspeksi. Sementara Tovar menegaskan, Wal-Mart serius menuruti US FCPA dan berkomitmen menjalankan program anti korupsi yang efektif dan kuat di setiap negara tempat mereka beroperasi.
“Kami tidak akan mentolerir pelanggaran FCPA dimana pun atau di level apa pun dalam perusahaan. Kami sudah mulai tinjauan ekstensif dan sudah bertemu dengan Departemen Kehakiman AS dan Securities and Exchange Commission untuk mengungkap penyelidikan tersebut,” ujar Tovar.
Alisa Finelli, juru bicara Departemen Kehakiman menolak berkomentar. Sementara juru bicara Securities and Exchange Commission tidak bisa dihubungi.
(ang/ang)











































