Hal ini disampaikan oleh Senior Trade Specialist Multi Donor Fund for Trade and Investment Climate (MDFTIC) Unit World Bank Henry Sandee saat ditemui di Menara Kadin, Jakarta, Kamis (11/10/12).
"Untuk logistik sepanjang 55 kilometer (Km), di Indonesia membutuhkan biaya US$ 550, sedangkan di Malaysia hanya US$ 300. Untuk itu, kata dia, apabila truk berhasil direvitalisasi maka akan membantu mengurangi tingginya biaya logistik," papar Henry.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Untuk kirim satu kontainer dari Jakarta ke Singapura hanya US$ 185, sementara dari Jakarta ke Padang US$ 600. Memang ada sejumlah faktor yang memengaruhi logistik, seperti ukuran kapal dan kondisi pelabuhan," katanya.
Henry menjelaskan, ada enam indikator yang diukur dalam Logistic Performance Index (LPI). Enam indikator itu antara lain adalah kondisi infrastruktur, kinerja badan di perbatasan, ketersediaan kapal, dan kemudahan melacak barang.
Berdasarkan survei, kata dia, Indonesia tidak berhasil lolos untuk dua dari enam faktor tersebut, yakni kondisi infrastruktur dan kinerja badan di perbatasan.
"LPI baru diukur tahun 2007,2010, dan 2012. Peringkat Indonesia di 2007 nomor 43 tapi survei kurang mewakili karena metodologinya berbeda. Lalu posisi 75 di 2010. Khusus infrastuktur, paling bermasalah di Indonesia. Tahun 2012 ada di posisi 92 dari 155 negara," katanya.
Menurutnya, badan yang berada di perbatasan tidak hanya Bea dan Cukai, tapi juga BPOM dan Badan Karantina.
Sehingga, kata dia, masalah tersebut membutuhkan koordinasi yang baik.
(zul/hen)