Pembangun ini akan melibatkan DH Energy dan PT Bumi Resources Tbk (BUMI), salah satu perusahaan milik Grup Bakrie. Posco akan menguasai 44% saham, sementara DHE 51% dan sisanya dipegang BUMI.
Saah satu direktur Posco, Yong Hee Cho, mengatakan proyek ini didapat perusahaan tersebut pada November tahun lalu setelah sebelumnya mengikuti tender yang digelar Mei pada tahun yang sama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengatakan, sebuah pembangkit listrik biasa memerlukan 2,2 juta ton batubara per tahun. Nah, pembangkit ini membutuhkan sebanyak 5,6 juta ton per tahun.
Akan tetapi, biaya yang diperlukan untuk satu pembangkit biasa membutuhkan US$ 220 juta per tahun, sementara pembangkit mulut tambang yang akan digarap Posco dan mitranya ini hanya membutuhkan dana US$ 100 juta per tahun karens harga batubara berkalori rendah yang sangat murah.
Pembangkit ini terletak di Pendopo, Sumsel, dengan kapasitas sebesar 300x2 megawatt. Sebanyak US$ 250 juta akan dibiayai oleh dana internal sedangkan US$ 750 juta sisanya dari pinjaman.
PT PLN (Persero) sudah menandatangani perjanjian jual beli listrik dari pembangkit ini untuk jangka waktu 25 tahun.
(ang/dru)