Pada 1996 lalu dia tertarik kawasan yang dihuni 2.000 kepala keluarga yang berprofesi sebagai nelayan.
Tomy Winata merupakan CEO Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC). Upayanya Tomy ini pernah mendapatkan pertentangan dari LSM lingkungan, karena mengelola hutan konservasi yang menjadi kawasan konservasi Balai Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia Butuh biaya Rp 1,2 miliar per bulan untuk mengelola hutan tersebut. Kini kawasan tersebut kembali asri alami, sejumlah populasi hewan hutan tropis itu kembali terjaga. "Tidak ada uang negara, sama sekali tidak pakai uang negara," ungkapnya.
Berikut ini petikan wawancara khusus detikFinance, dengan Tomy Winata, di sela-sela acara di BNN, Lampung pekan lalu.
Anda mengelola kawasan hutan konservasi ini untuk. Mendapatkan keuntungan dari penjualan karbon?
45.000 hektar itu bisa menghasilkan oksigen berapa, ada hitungannya, tapi saya tidak hafal. Karena tidak kepikir cari uang dari karbon, jadi saya belum hafal. Sekarang karbon itu dipakai negara untuk bayar utang negara.
Saya yang kerja. Jadi kontribusi saya dengan 45.000 (hutan konservasi), adanya perbaikan lingkungan dengan adanya nilai tambah karbon itulah yang menjadi kontribusi saya. Yang oleh negara hitung itu kepada dunia. Biar negara saja yang urus lah.
Apa masih punya obsesi lain?
Tidak ada, saya hanya ingin sisa hidup saya mengabdi pada, kepada khususnya lingkungan. Masyarakat kita.
Bisa diceritakan awal kesuksesan anda, apakah benar karena kedekatan anda dengan sejumlah pejabat tentara?
Biarkan saja kan, kalau dekat lingkungan tentara kalau tidak kerja keras emang bisa sukses. Sekarang kenapa tidak Anda ngomong yang anak tentara, apakah anak dekat tentara lebih jelek dari anak tentara. Dan apakah itu kalau anak tentara lebih baik daripada anak yang bukan tentara. Tergantung pribadinya kan, mau tidak bekerja keras.
Contohnya banyak di zaman orde baru kan, misalnya gini lah kita ngomong. Pengusaha yang dekat dengan Pak Harto, kan banyak. Tapi kan yang besar tidak semuanya. Tidak semuanya kan, tapi bukan karena Pak Harto pilih kasih kan. Wajar kan kalau akhirnya yang paling rajin dan
yang paling rajin dan kerja keras itu (berhasil).
Dan bisa menyelesaikan pekerjaan lebih baik dari yang lain, dan lebih baik dari yang lain. Dan juga dalam pekerjaan itu juga membawakan keuntungan
yang paling besar. Itu yang akan maju. Kita coba lakukan itu maksimal.
Sederhana saja, kerja keras, kerja keras, dan kerja keras. Dan jangan pernah istirahat atau cuti untuk mencapai target.
Apakah pernah memberikan kesempatan mengelola kawasan konservasi hutan di Lampung Barat, ke pihak lain?
Saya tidak pernah berikan kesempatan itu. Ambil alih Tambling itu saya tidak mau memberikan option itu. Mereka datang untuk bekerjasama
bagaimana mengelola Tambling secara lebih bermanfaat untuk dunia.
Diantaranya itulah bosnya foundation Panthera, Michael siapa saya lupa. Harusnya dia kesini tanggal 15 (Desember). Tapi karena ada halangan keluarga tiba-tiba, kita tunda sampai Januari akhir.
Anda banyak berhadapan dengan LSM?
Tidak banyak LSM yang sungguh-sungguh LSM lingkungan. Hanya omdo, coba kalau ada LSM yang jago lingkungan, duduk sama saya disini. Karena
saya butuh mereka 100 orang. Bantu saya ikut mempercepat pertumbuhan (kawasan konservasi hutan) Tambling. Semua saya bayar. Kalau LSM
nirlaba kan, yang penting ada makan, ada tempat tinggal, ada akomodasi. Kalau sakit ada pengobatan, sudah saya siapkan semua.
Jadi kalau saya dianggap salah, yes, saya salah. Karena saya bukan scientists, bukan ahli, saya hanya seorang manusia, orang Indonesia
yang kebetulan terpanggil membela lingkungan. Tapi saya bukan katakan saya ahli. Saya klaim I do it hard, tapi saya mengaku saya tidak do it
well. Saya butuh mereka dan koreksi mereka.
Kenapa anda tertarik mengelola kawasan hutan di Indonesia. Apakah masih ada kawasan lain yang sedang ingin anda kelola?
Yang lain saya hanya ambil lalu, yang ini yang saya seriusin. Kita tidak mungkin mengurusi semua. Serta harus ada keseriusan dari pihak otoritas setempat juga. Pernah di Sulawesi, ada satu hutan di dalamnya ada pohon jati alam 800 batang.
Pernah saya tawarkan, kawasan ini saya jagain, tapi pohon jatinya jangan di potong. Kata mereka ini (pohon jati bisa jadi) PAD (pendapatan asli daerah), saya bilang PAD-nya saya bayarin full semua, tapi pohon jatinya jangan dipotong. Biar saya konservasi sekalian supaya rakyat disini tidak mengatakan "di sini pernah ada hutan jati". Apa yang terjadi, tidak dikasih.
Padahal saya bilang PAD-nya saya bayar, ternyata pohon jatinya di potong sekarang. Padahal saya bayar agar pohon jatinya tidak dipotong,
terus saya jadi bapak angkat untuk konservasi hutan jati di daerah situ. Tidak dikasih.
Apakah presiden SBY pernah ke kawasan konservasi Tambling ini?
Pak SBY sudah mendengar banyak tentang sini, tapi kita belum ketiban rezeki sampai SBY kemari. Saya kira Menteri Kehutanan sudah beberapa diundang. Mungkin prioritas waktunya yang belum sampai ke sini, beliau kan kerjanya banyak.
Diva Pop dunia, Kyle Minoque pernah ke kawasan hutan konservasi yang anda kelola. Bagaimana tanggapan anda?
Dia seorang artis jelas dunia yang penuh nurani. Bayangkan, dia spend waktu yang demikian ketat dengan risiko. Mau ke sini, datangi hutan yang di guidance oleh orang yang tidak dia kenal lama.
Dia kan belum kenal saya sebelumnya. Dia hanya lihat filmnya saat ke Indonesia, dan mengatakan "Can I go there". Dan dia bangun jam setengah tujuh pagi. Biasanya artis kan bangun jam 12.
Tidak takut dengan harimau?
Harimau itu tidak akan menyerang kita, kalau tidak merasa terancam. Saat sedang jalan ini kita diintip. Harimau sudah pasti ada di sekitar sini. Ular, kelabang, kalajengking, dibawah semak-semak. Tapi kan mereka tidak mengancam kita.
(hen/hen)