Neraca Perdagangan RI di 2012 Alami Defisit Setelah 50 Tahun

Neraca Perdagangan RI di 2012 Alami Defisit Setelah 50 Tahun

- detikFinance
Senin, 07 Jan 2013 14:14 WIB
Foto: Dok. detikFinance
Jakarta - Di 2012 neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit karena nilai impor yang lebih besar dari ekspor. Terakhir kali neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit adalah 50 tahun yang lalu.

Wakil Menteri Keuangan Mahendra Siregar menyatakan, Indonesia mengalami defisit neraca perdagangan terakhir kali pada 1961 silam.

"Karena terakhir kali Indonesia neraca perdagangan defisit secara keseluruhan itu adalah 50 tahun yang lalu pada 1961. Selama hidup saya, saya belum pernah melihat Indonesia dengan kendisi ini," ungkap Mahendra pada konferensi pers realisasi APBN-P 2012 di Gedung Kemenkeu, Jakarta, Senin (7/1/2013).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, kondisi ini merupakan ancaman yang serius bagi Indonesia ke depan. Apalagi mengingat kondisi global yang masih terbelenggu krisis dan bahkan sulit diprediksi kapan berakhirnya.

"Kondisi global 2013 mungkin akan belum berubah dalam konteks belum akan membaik. Sehingga akan nampaknya di tahun 2012," jelas Mahendra.

Angka neraca perdagangan secaa keseluruhan di 2012 secara pasti akan diumumkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Februari mendatang. Namun, Mahendra telah mencatat neraca perdagangan di 2012 bakal defisit, salah satunya adalah di sektor minyak dan gas bumi (migas) yang dimungkinkan tercatat defisit.

"Itu perlu dicermati lebih dalam. Karena selama sejarah perekonomian Indonesia baru tahun 2008 kita neraca migas yang defisit," pungkasnya.

Di tempat yang sama, Wakil Menteri Keuangan Anny Ratnawati menyatakan, kenaikan investasi di Indonesia menjadi salah satu pemicu naiknya nilai impor dan menyebabkan neraca perdagangan defisit.

"Kenaikan investasi juga punya implikasi terhadap impor," ujarnya.

Impor yang terlihat meningkat signifikan, menurut Anny adalah impor bahan baku dan bahan penolong. Dua jenis impor ini dianggap sebagai indikasi dari kenaikan investasi.

"Benar kata Menteri Perdagangan, spiritnya untuk impor bahan baku itu bagian dari peningkatan investasi," jelasnya.

Sebagai pengimbang, Ani menuturkan konsumsi domestik tetap mesti ditingkatkan. Sehingga jika dua kekuatan besar ini tetap konsisten, pertumbuhan ekonomi tetap bisa terjaga meski neraca perdagangan defisiti.

"Komponen domestik itu juga mesti dipertahankan, jadi tetap punya kekuatan besar," ujarnya.

Sebelumnya, BPS menyatakan, total ekspor Indonesia pada Januari-November 2012 mencapai US$ 174,76 miliar atau turun 6,25%. Sementara nilai impor pada periode yang sama adalah US$ 176,09 miliar atau naik 9,4%. Ini menyebabkan neraca perdagangan defisit.

(dnl/dnl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads